Home » Archive for 2015
NARUTO GAIDEN CHAPTER 10 - YANG TERCERMIN DIMATANYA
Sarada menghantam dan menghancurkan tanah tempat para
Shin berpijak. Dengan kekuatan yang begitu mengerikan, serangan itu mampu
menghempaskan para Shin. Keadaan benar-benar tak berpihak pada musuh. Para Shin
itu tak hanya harus berhadapan dengan kekuatan Sarada, namun juga sang Hokage,
Naruto. Ketika seorang Shin hendak menyerang Naruto dengan senjata ninja
besarnya, dengan sangat mudah Naruto menahan senjata itu, mencengkramnya hingga
retak sambil berkata, "Tenanglah.." "!!!" Dari sharingan
biasa, Shin mengubah matanya ke Mangekyou. Namun Naruto tak takut sama sekali,
ia balas menatap dengan mata Kyuubi, "Kurama.." Akhirnya malah Shin
yang ketakutan, tubuhnya gemetaran. Di hadapannya, seolah ada sosok monster
mengerikan yang sudah siap untuk mencabik-cabik tubuhnya.
hehehe
"Tak ada yang perlu ditakutkan.." ucap
Naruto. "Kalau kalian tak melakukan yang lebih buruk dari ini, kami juga
tak akan melakukannya." Para Shin terdiam. "Seperti biasa kau terlalu
lembut.." ucap Sasuke. "Lalu apa yang akan kau lakukan dengan
orang-orang ini?" "Yah, soal itu.. Konoha punya organisasi yang
mengurus anak- anak terlantar, aku akan bicara dengan pimpinannya nanti."
ucap Naruto. "Oi, orang-orang ini memiliki sharingan.. apa kau yakin ingin
mengurus anak-anak seperti mereka?" "Yah, bagaimanapun mereka cuma
anak-anak, mereka cuma butuh sedikit latihan.." ucap Naruto.
"Hebat kau Sarada!!" Chouchou melompat
meuju tempat sarada berdiri, di tengah-tengah reruntuhan. "Kelihatannya
semua keluargamu hebat-hebat!! Kekuatan yang luar biasa!!" Sarada hanya
terdiam, dan matanya masih di mode Sharingan. "Eh!? Sarada, matamu jadi
sama seperti mata ayahmu!!" "Yah..." ucap Sarada pelan. Dari
wajahnya, kelihatannya ia sendiri masih kaget dengan kekuatannya tadi.
"Sarada, apa kau baik-baik saja!?" Sakura
yang masih terluka berlari menuju Sarada. "Kau selalu saja membuat ibu
khawatir!!" ucapnya. "Maaf.." ucap Sarada. "Ibu senang
sekali kau baik-baik saja.." Sakura memeluk putrinya. "Terlalu erat,
bu.." ucap Sarada. "Ups! Maaf ya.." Sakura pun melepas
pelukannya. "Aku sudah mendengar banyak dari Shizune, shannarou.... kau
itu putriku, tak perlu diragukan lagi, putri yang bodoh tepatnya.."
"Ya, aku tahu.. sekarang aku mengerti.." ucap Sarada. "Kita
semua memiliki ingatan dan kenangan.. perasaan yang menghubungkan kita semua.."
Sarada ingat apa yang waktu itu dikatakan ibunya,
"Hati kita dengan papa saling terhubung.." "Papa!" Sarada
lalu melihat Sasuke, "Papa, apa kau juga berpikir kalau perasaan kita dan
ibu benar-benar saling terhubung?" "Ya.." ucap Sasuke. "Kenapa
kau bisa mengatakan itu?" "Karena kami sama-sama memilikimu...
Sarada." Sarada terharu, air mata hampir menetes dari matanya.
"Syukurlah kau senang, Sarada.." ucap Chouchou dalam hati. "Yah,
ayo sekarang kita pulang!!" ucap Naruto. Setelahnya, para Shin itu benar-
benar dibawa ke semacam panti asuhan. "Kami akan memberi masing- masing
dari mereka nama.." ucap pengurus panti. "Yah, tapi sepertinya kita
harus memberikan banyak sekali nama.." ucap pimpinan panti, Kabuto.
"Mulai saat ini kalian akan tinggal di sini, jadi itu artinya mulai sekarang
akulah ayah kalian. Namaku Kabuto, kalian tak usah malu-malu." Di dekat
gerbang Konoha, "Aah, padahal harusnya ini menjadi perjalanan untuk
mencari ayahku.." ucap Chouchou ke Sarada. "Tapi kita malah menemukan
ayahmu, yang selanjutnya giliranku ya, kau mau membantu, kan?" "Ah..
iya..." ucap Sarada. Lalu di dekat sana, terlihat Ino sedang
berbincang-bincang dengan seorang lelaki bertubuh kurus. "Sudah lama ya
tidak melaksanakan misi seperti ini.." ucap lelaki itu. "Maksudmu
sudah lama sejak terakhir kau memaksakan dirimu??" Chouchou langsung
berpikir, "Tidak salah lagi, pasti laki-laki itu!!" Chouchou pun
menghampirinya dan berkata, "Apa kau.. apa kau ayahku!?" "Eh?
Tentu saja, Chouchou, kau ini bicara apa, hah?" lelaki itu ternyata
Choucji. "Eeh!? Apa kau benar-benar ayah!?" Chouchou kaget.
"Yah, sudah lama sekali sejak kau menjadi seperti ini kan, Chouji, pantas
saja kalau dia tidak kenal.." ucap Ino. "Yah, kurasa memang
begitu.." ucap Chouji. "Yah, apa itu!? Apa itu semacam jurus rahasia
klan Akimichi!?" "Yah, semacam itulah.." "Kalau begitu
ajari aku!! Langsung mulai besok!!" pinta Chouchou. Melihat itu Sarada
tertawa.
"Eh?" Ino kaget saat melihat Naruto dan
Sakura yang datang bersama Sasuke. "Sasuke-kun!? Wah, lama ya tak
jumpa!!" "Choucji, Chouchou terus saja mencarimu.." ucap Naruto.
"Ah, aku sedang dalam misi.." ucap Chouji. Sarada langsung
menghalangi Ino yang mau dekat-dekat dengan ayahnya. "Hahaha.."
Sakura tertawa. Setelah itu, mereka pulang, dan malam harinya, untuk pertama
kalinya Sarada makan malam dengan kedua orang tuanya, lengkap. Namun tak lama,
Sasuke harus pergi lagi. Perpisahan tak bisa dihindari, Sarada dan Sakura
mengantar Sasuke sampai di pintu gerbang. "Kapan ayah akan kembali
lagi?" tanya Sarada dengan wajah sedih. Sasuke memeluknya.
"Ayah.." "Jangan memasang wajah seperti itu." ucap Sasuke,
kemudian menyentuh dahinya dengan dua jari, "Sampai jumpa lagi ya.."
Sarada pun tersenyum. "Oh iya, ini bekal makananmu.." Sakura memberi
Sasuke kotak makanan. "Ah, iya.." Sakura lalu menyodorkan wajahnya,
tapi Sasuke malah langsung balik badan dan pergi, "Sampai jumpa.. aku
pasti kembali." ucapnya. Dalam hati, Sakura, "Mau buat aku menunggu
terus ya...." Sasuke pergi dengan perasaan senang, sambil membawa kotak
makanan dengan lambang Uchiha. Kemudian, di kelas Akademi, Boruto menghampiri
Sarada dan berkata, "Makasih ya.." "Makasih untuk apa?"
"Kotak makanan itu, kau benar- benar memberikannya pada ayahku.."
ucap Boruto. "Yah, sebenarnya aku yang harus berterimakasih, berkat itu
tujuanku tercapai, makasih ya.." "Apa maksudmu?" Boruto bingung.
"Kalau harus jadi pengantar makanan ke seluruh penjuru desa pasti tak
bisa, karena itu aku sudah memutuskan untuk menjadi Hokage." ucap Sarada.
"Heh? Hokage... aneh..." ucap Boruto.
Kemudian, kembali ke persembunyian Orochimaru.
"Eh!? Mustahil!!" bentak Karin. Ya, Karin membentak Suigetsu.
"Justru aku yang membantu melahirkan Sarada!!" "Eh? Jadi yang
dipakai untuk tes DNA itu.." "Itu tes antara Sakura dan Sarada!!
Sakura terus mengejar Sasuke, dan kami pergi bersama-sama, lalu sarada lahir
waktu itu di markas persembunyian!!" "Yah, kau juga sih... Selalu
saja bilang, Sasuke, Sasuke.." "Bodoh, aku hanya ingin melihat Sasuke
senang, dan lagi ada yang disebut sebagai persahabatan antar perempuan.."
ucap Karin. "Oh, yah.. itu.. jadi kau sudah benar-benar berhenti mengejar-
ngejarnya, ya?" "Kau tak mengerti... hubungan itu ada banyak
bentuknya... dan lagi, kau Suigetsu... kau harus minta maaf pada Sarada!! Dan
kurasa kau harus memberinya kacamata baru, yang dulu pasti sudah
kekecilan.." Kembali ke Sarada, di rumahnya, saat ini ia sedang menatap
sebuah foto sambil tersenyum. Kali ini foto yang benar-benar asli, foto ia
bersama ayah dan ibuny
Related Posts:
NARUTO GAIDEN CHAPTER 9 - AKU AKAN MELINDUNGIMU
Sakura bersiap untuk bertarung, namun meski sempat
mengalahkannya sekali, lelaki itu tetap bukan lawan yang mudah. Terlebih, saat
ini Sakura berada di daerah kekuasaan musuh, dan ia dikepung oleh enam anak
Shin. Shin menggunakan kemampuannya untuk mengendalikan batangan- batangan
pisau kemudian menempelkannya di tangan kanannya.
Sementara itu di sisi Naruto dan yang lainnya,
mereka pergi ke tempat tujuan menggunakan Susano'o Sasuke, terbang di atas
awan. Dari belakang Sasuke, Sarada terus memandangi ayahnya itu. Ia teringat
dengan ibunya, Sarada juga teringat dengan kata-kata Sasuke waktu itu, bahwa
dialah yang salah, juga ketika Sasuke berkata bahwa istrinya bukanlah wanita yang
lemah.. "Bagaimana sebenarnya perasaan orang ini terhadap ibu?" ucap
Sarada dalam hati. "Ada apa sebenarnya... di antara mereka berdua? Lalu
wanita di foto itu.. yang bersama ayah... dia adalah..." Tiba-tiba saja
Naruto menepuk pundak Sarada.
ooooii jangan smbil minum baca nya... dosa oiiik
Dari yang semula tampang murung, bingung, Sarada
kembali tersenyum. "Tidak ada gunanya saat ini aku memikirkan hal-hal
seperti itu." ucap Sarada dalam hati. "Seperti yang Hokage ketujuh
katakan, yang saat ini harus kulakukan adalah menolong ibu, itu saja!"
"Di sekitar sini.." ucap Sasuke. Tampaknya
mereka sudah sampai di tempat tujuan. "Naruto, selanjutnya kuserahkan
masalah pelacakannya padamu.." Buaghhhh!!!!!! pertarungan antara Sakura
dan Shin telah dimulai. Mereka mulai saling menyerang, Shin menggunakan
shuriken raksasa yang ia buat dari kumpulan batangan pisau yang ia gabungkan,
sementara Sakura hany dengan tinjunya yang super.
hohohohoho serem coy....
Namun tiba-tiba saja, sesuatu menembak Shin dari
belakang, menyapu dan melenyapkan tangan kanannya, panah Susano'o. Lalu sebelum
sempat Shin menyadari apa yang terjadi, tangan Susano'o Sasuke telah
mencengkram tubuhnya. "A-apa yang!? Gaaaahhh!!!" "Mama!!"
teriak Sarada. Sasuke kemudian menabut dua pisau yang menusuk lengan Sakura,
lalu menggunakan Amaterasu untuk membakarnya. "Terimakasih, sayang.."
ucap Sakura. "Kau bisa menyembuhkan lukanya sendiri kan setelah
ini.." "Yah..." Mereka semua kini berada di dalam Susano'o.
Melihat ayah dan ibunya akur seperti itu, Sarada merasa senang. "Seperti
yang kukira, Sasuke yang kekuatan matanya telah kembali sangat bisa
diandalkan.." ucap Naruto. "Aaaah, kenapa dia malah ayahnya Sarada
dan bukan ayahku!!" gerutu kesal Chouchou. Setelahnya Sasuke pun
menghilangkan Susano'onya, lalu bersama-sama mereka semua mendekati Shin yang
telah terkapar. "Kita sudah meremukan tulangnya, dia tak akan bisa
bergerak lagi.." "Kami akan membawamu ke Konoha untuk mencaritahu apa
saja yang kau tahu.." "Hah, benarkah begitu?" Shin tampak tak
takut sama sekali. "Saat ini aku harus menggunakan para Shin sebagai
umpan.." ucapnya dalam hati. "Lalu keluar dari sini.." Shin pun
memberi perintah pada para Shin kecil yang sejak tadi bersembunyi di
belakangnya. "Lakukanlah, kalian semua!!" ucapnya dan... Bats!!!!!
para Shin langsung menusuk tubuhnya.
"!?" Naruto dan yang lainnya kaget, bahkan
Shin pun juga, bukan ini yang ia maksudnya. "A-apa yang kalian
lakukan!?" ucapnya kesal. "Sudah cukup..." ucap seorang Shin
kecil yang berdiri paling atas. "Ayah.. saat ini kau hanyalah daging yang
sudah tua.. tak berguna dan tak bisa dimanfaatkan lagi.."
"Kalian...!! Aku!! Akulah yang asli!!" teriak Shin. "Kekuatan
matamu.. telah melemah, ayah.. mulai saat ini, cuma kamilah yang akan
berevolusi, itulah.. yang paling... masuk akal..."
"Aku sudah berpikir kalau sesuatu seperti ini
mungkin saja terjadi.." ucap Sakura. "Mereka banyak sekali.."
ucap Naruto dalam hati. Memang, sekarang tak cuma lima atau enam, di belakang
sana tampak ratusan atau bahkan mungkin ribuan Shin kecil. Ada yang gemuk,
kurus, ada juga yang biasa. Mereka beragam.
"Sejak kapan... semua ini muncul?" ucap
Shin dewasa, dalam kondisi sekarat. "Kami.. tumbuh.. kami tak butuh...
ayah lagi..." "Whoaa!!! Mereka banyak sekali!! Ada yang gendut juga beberapa!!"
ucap Chouchou. "Serahkan saja pada mereka, Chouchou!!" ucap Sarada.
"Sepertinya mereka tidak diklon dengan baik.." ucap Sakura. Namun
sebanyak apapun mereka, Naruto memiliki pasukan yang tak kalah banyak, kage
bunshinnya. "Tajuu Kage Bunshin no Jutsu!!!" Lalu dari balik gua,
muncul lagi satu Shin, Shin raksasa. Ya, Shin gendut berukuran raksasa.
Sasuke menyerangnya dengan tinju Shusani'o,
Buaghh!!! "Yang besar sekali tiba-tiba saja muncul... ada di klon
juga!?" ucap Chouchou. "Sekaranglah kesempatanku!!" Shin dewasa
menggunakan kemampuan pindah dimensinya untuk kabur. "Aku akan membutuhkan
organ, aku akan membawa gadis itu bersamaku!!" "Sarada!!" teriak
Sasuke. "Aku tahu apa yang harus kulakukan!!" Sarada menghantam
mahluk kerdil yang hendak memindahkannya menggunakan jutsu dimensi. Bersamaan
dengan itu, tampaknya Shin dewasa pun mati. "Dia... mati..."
"Hah, di sebelah sana ada juga!?" ucap
Chouchou saat melihat sisi lainnya, tampak ribuan Shin kecil lagi. "Perlu
serangan lain lagi ya.." Naruto bersiap untuk menggunakan Kage Bunshin
lagi. "Tunggu di sana, Sarada..." Sakura juga hendak bertarung, akan
tetapi.. Satt!! Mendadak Sarad malah melesat menuju pasukan Shin itu.
"Eh!?" Sarada menghindari tembakan senjata ninja yang mengarah
kepadanya, lalu "SHANNARO!!!!!!" Sarada memukul hancur tanah tempat
pasukan itu berpijak hingga mereka terhempas
Related Posts:
NARUTO GAIDEN CHAPTER 8 - HAL YANG SEBENARNYA
Diruangan itu kini hanya ada Sarada dan Naruto.
Sarada yang sangat emosi masih menangis. Sementara Naruto menatapnya dengan penuh
keheranan.
‘KESEDIHAN ITU TERCERMIN DI MATANYA.’
“Sa-sarada kau!? Sharinganmu..?” Kata Naruto.
“!!” Sarada masih terdiam, dia teringat kata-kata
Naruto saat itu.
**”Walaupun Sasuke tak pakai kacamata tapi kau
sangat mirip dengannya! Terutama di bagian matamu. Mungkin akan lebih mirip
jika kau juga punya Sharingan.”**
“Disaat yang seperti ini. Aku sama sekali tak ingin
mirip dengannya.” Kata Sarada pada Naruto.
“Lalu, apa yang ingin kau lakukan?” Naruto bertanya.
“Tak ada yang perlu kita lakukan lagi Nanadaime. Aku
akan melanjutkan perjalananku sendirian. Aku juga tidak berpikir akan kembali
ke Konohagakure. Ya! Terimakasih untuk semuanya.”
Sarada mulai melangkah, namun Naruto meraih
tangannya. Mencegah agar dia tak pergi.
“!!!!!....... APAA?” Bentak Sarada.
“Maaf! Tapi baru saja aku mendengarnya tadi. Tapi
jika kau mengatakan tak ada lagi urusannya denganku… Tidak bisa aku biarkan.”
Kata Naruto mantap.
“Kau juga mendengarnya kan? Jadi seharusnya kau juga
tahu. Memang kebenarannya begitu kan? Tidak ada hubungannya denganmu!”
“Seperti yang selalu aku katakan pada Boruto. Bagi
Hokage seluruh warga desa adalah keluarga. Generasi sebelumnya, seperti
sandaime juga mengatakannya.” Bayangan Sandaime Hokage – Hiruzen terbersit di
pikiran Naruto.
“Lalu kenapa? Itu hanya kepura-puraan saja!”
“……..” Naruto terlihat prihatin.
“Papa tidak pernah berada di desa, papa juga tak
mengakui puteri kandungnya sendiri. Lupa wajah puteri kandungnya. Selama ini
mama juga terus berbohong padaku. Dan terlebih lagi….” Sarada tertunduk.
“Bahkan.. Kami tak memiliki hubungan darah.” Lanjut Sarada. Auranya terlihat
sangat suram.
“……..”
“Aku hanya.. Aku sekarang mengerti kalau aku
sebenarnya tidak mempunyai keluarga yang asli. Lagipula kau bukanlah aku
Nanadaime. Kebenarannya sudah sangat jelas kan? ……… Jadi sebaiknya kau tak usah
menduga-duga isi hatiku! Kau.. Kau! Bukanlah keluargaku.” Kata Sarada lagi.
Naruto tetap tak mengijinkan Sarada pergi. Dia
sekarang tengah memegang erat lengan Sarada.
“………??!” Sarada terlihat semakin kesal.
Naruto terdiam ingatannya terputar kembali pada masa
lalunya.
**// Flash Back
Latar menunjukkan Naruto kecil sedang duduk di
ayunan seorang diri, diselimuti oleh kesepian. Tanpa satupun orang yang
menganggap keberadaannya. Sementara di sisi lain, sekerumunan orang sedang
bergerumbul. “YAY… YAY.”
“Gagal!” Kata Iruka. Wajah Naruto terlihat serius.
Latar kemudian berpindah lagi, disebuah atap
bangunan. Kali ini Naruto sedang berada di atas atap, bersama seorang pria.
“Guru Iruka adalah orang yang serius, kedua orang
tuaku sudah meninggal. Jadi aku harus melakukan semuanya sendirian. Sehingga
aku ingin tahu.. kenapa sih harus selalu aku?"
"Aku tak berpikir kalau kami ini benar-benar
mirip. Tapi kenyataannya, dia ingin kau menjadi lebih kuat selagi kau mampu.
Kau juga harus tahu alasannya guru Iruka. Terutama karena kau tak punya orang
tua.” Naruto terlihat murung.
Latar berubah.
“HENTIKAN!!” Teriak Iruka.
“Bisa dikatakan kau yang telah membunuh orang tua
Iruka. Kau adalah Kyuubi yang menghancurkan desa ini. Hokage yang sangat kau
kagumi telah menyegel monster itu di dalam dirimu. Kau telah dipermainkan oleh
desa ini sepanjang hayatmu.” Teriak Mizuki.
Iruka berkata.. “Sekarang kau bukanlah monster rubah
lagi. Yang ada di desa Konoha saat ini adalah Naruto Uzumaki.” Kata-kata ini
sukses membuat Naruto menangis haru, menangis sejadi-jadinya.
“Selamat ya? Kau lulus!!” Kata Iruka dengan senyuman
di wajahnya. Naruto terpaku, bingung. Perasaannya terlalu sulit untuk
digambarkan.
Latar berpindah lagi ke lembah akhir, dimana Naruto
kecil dan Sasuke kecil bertarung untuk mencegah kepergian Sasuke dari Konoha.
“Dari awal kau sudah hidup sendirian, apa yang kau
tahu soal aku hah?” Sasuke berteriak. Mereka lantas saling dorong.
“Ya! Aku mungkin saja tak mengetahui apapun soal
orang tua dan saudara kandung yang sebenarnya. Tapi ketika aku bersama dengan
guru iruka.. aku dapat merasakannya kok. Aku seperti mendapatkan seorang ayah!
Semacam itulah rasanya.” Terbayang saat Naruto di traktir ramen oleh Iruka.
“Saat aku bersamamu, aku merasa seperti mendapatkan
saudara laki-laki. Aku akhirnya mendapatkan sebuah ikatan.”
**// Flash Back End
“Bukannya ikatan antara kau, ayah dan ibumu juga
seperti itu?”
“??!” Sarada masih diam.
“Adakah hal yang lebih kuat daripada itu?” Tanya
Naruto.
“Sudah! Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?”
Bentak Sarada.
“Perasaan dan pikiran semacam ini. Itulah yang kau
butuhkan.” Kata Naruto.
“………..?!!”
“Itu saja! Hanya.. sekali lagi cobalah kau pastikan
sendiri.” Kata Naruto
Sarada menunduk, ingatan-ingatannya datang padanya.
Ingatan masa kecilnya. Saat dia sedang belajar berjalan, ingatan soal foto
keluarganya.
“Hey! dimana papaku ma?”
“Dia sedang menjalankan misi penting, jika misinya
selesai dia pasti akan pulang kok!” Jawab Sakura.
Ingatan yang lain adalah saat Sarada sakit, Sakura
senantiasa menjaga dan menemaninya, sampai tertidur di dekat ranjang Sarada.
**
Sarada bertanya pada mamanya lagi.
“Mama, kapan papa akan pulang?”
“Mama, kapan papa akan pulang?”
“Misinya benar-benar sulit, jadi mungkin sebentar
lagi ya!”
“Apa papa tidak peduli padamu ma?”
“Huh, tentu saja dia peduli kok.”
“Tapi kenapa dia tidak cepat pulang menengok kita?”
“Sarada.. Kau dan aku ini sangat penting bagi papa.
Itulah sebabnya dia belum bisa pulang sekarang. Kau mungkin saja tak mengerti
sekarang, tapi…. Suatu hari nanti kau tentu akan mengerti.” Sakura jongkok di
depan anaknya. Berbicara dengan lembut.
Sarada yang kecewa karena papanya tak pulang-pulang
kemudian mulai menangis. Sakura memeluknya.
“Jangan erat-erat mama.” Katanya.
“M-maaf! Hanya saja tadi wajahmu terlihat sangat
imut. Jadi aku tak bisa menahan diri.” Sakura melepaskan pelukannya. Tak
disangka wajah Sarada jadi sumringah, dia kemudian mengusap air matanya.
“Mama, pernahkan kau mencium papa?”
“Haaah?” Sakura terkejut, wajahnya terlihat malu.
Dia memikirkan jawaban, kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya. “HEHEHHEHE.”
Sakura kemudian tertawa.
“Ada.. Ada apa ma?”
“Tidak apa-apa. Mama hanya teringat sesuatu yang
lebih baik daripada itu.”
“Mama Jorok!” Sarada terlihat kikuk.
“Eh.. Bukan.. Bukan begitu.” Sakura jadi salah
tingkah.
“Lalu apa ada hal lain yang lebih baik daripada
ciuman?” Sarada nampak sangat antusias.
‘TAP’
“??”
Sakura menyentil kening Sarada.
“Mama beri tahu lain waktu saja ya!”
“Lho.. kenapa tiba-tiba begitu?”
“Kau akan mengerti jika kau bertemu papamu nanti.”
Jawab Sakura, dia tersenyum pada anaknya.
**
Sarada sedang memakan bentonya, dia meraba kembali
keningnya yang tadi disentil oleh Sakura.
*
Lamunan masa lalu itu membuat Sarada semakin
menangis, sekarangpun, di depan Naruto.. Dia sedang memegang keningnya.
“Mama…!!” Masih terus menangis. “Hikz.. Hikz..” Air
matanya terus menetes. “Aku rasa aku akan menolong mama.”
“.. Aku tahu.” Kata Naruto.
“Tapi.. bagaimana bisa aku mengembalikan semua yang
sudah terjadi?” Tanya Sarada.
Naruto kemudian memegang Sarada dengan mantap.
“Hal yang sebenarnya.. Hal yang palsu. Semua itu
tidaklah masalah jika kau ingin menolong. Karena sebenarnya itulah hal yang asli.”
Sarada tercengang.
“Ayo kita tolong ibumu.” Kata Naruto.
“Hah? Iya!” Jawab Sarada.
****
“Kalian dari mana saja?” Teriak Sasuke.
“Pasti kalian kesasar kan? Tempat ini memang rumit
sih.”
“Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu setelah
ini.” Kata Naruto pada Sasuke.
“Soal apa?”
“Nanti saja! Pertama-tama kita harus menyelamatkan
Sakura-chan dulu.”
“Dia mungkin saja sudah mati sekarang.” Kata
Orochimaru.
“Isteriku bukan wanita lemah, mungkin saja saat kita
tiba disana nanti.. dia sudah membereskan semuanya.” Kata Sasuke dengan
optimis.
“..” Sarada terlihat senang dengan pernyataan
ayahnya.
“Aku tahu lokasinya, jadi kalian ikutlah denganku.”
Mata sasuke yang tadinya hanya sharingan dan
rinnegan biasa sekarang sudah berubah menjadi mangekyou sharingan dan rinnegan
bertomoe. “Akhirnya.. kekuatan mataku kembali!”
“Jadi kekuatan matamu baru saja melemah? Katakan
yang jelas donk!” Protes Naruto.
“Aku mencari mereka melalui dimensi Kaguya. Jadi..
menguras banyak chakra.”
Perlahan-lahan muncul sebuah aura dari tubuh Sasuke.
Sebuah Susanno’o. Tepatnya kepala Susanno’o muncul.
“Kau tak berhak menggerutu padaku seperti itu.”
“!!??” Chouchou tidak paham.
“Memangnya pertempuran yang tadi itu apa? Jangan
buat anak-anak ini kecewa donk.” Kata Orochimaru.
“Sial! Aku tak mau diberitahu olehmu. Terutama soal
membuat anak-anak kecewa.” Naruto ngambeg.
“Sarada, ayahmu itu sebenarnya siapa?” Choucho
tercengang.
“Mungkin dia bukan yang terkuat.. Tapi dia
jelas-jelas mengagumkan.” Jawab Sarada.
Latar berpindah ke markas musuh, sebuah organ dalam
(menyerupai lever) tergeletak berlumuran darah. Shin (botak) tampaknya sudah
selesai dioperasi.
“Tujuanku adalah… Menghabisi orang-orang pecinta
damai sepertimu. Serta semua orang yang mencoba menghalangi jalanku.” Katanya.
Dia mulai bangun. Seperti biasanya, kepala dan seluruh lengannya penuh dengan
bola mata sharingan, dengan satu lengan yang buntung. “Dan aku adalah.. salah
satu diantara mereka.”
Sakura berdiri, dua bunshin shin terlihat sedang
menodongkan senjata pada Sakura dari arah kiri dan kanannya. Sakura geram,
mengepal tinjunya di depan dada.
“Memangnya kau ini siapa? Seenaknya saja mau cari
tahu soal suamiku. Aku hanya mengulur waktu dengan pura-pura mendengarkan
ceritamu. Kau tahu?”
‘TINJU ISTERI YANG SEDANG KESAL AKAN SEGERA
DILEPASKAN.’
Related Posts:
NARUTO GAIDEN CHAPTER 7 - BUDAK GENETIK
Sakura sekarang berada di markas musuh, dia
dihadapkan pada kenyataan yang menyedihkan. Latar tak jauh berbeda dengan
chapter kemarin. Shin botak dan Shin kecil sama-sama terebah di pembaringan
dalam keadaan yang siap untuk dioperasi.
Organ tubuh shin kecil (mirip lever) berada di atas
pembaringan mereka. Sementara, dengan jelas diperlihatkan pada robekan sekitar
perut si botak, organ dalamnya yang masih berdenyut.
‘Deg.. Deg’
Jantung si botak dan organ dalamnya ditancapi
beberapa alat. Organ itu masih berfungsi dan berlumuran darah.
“Jangan salah sangka. Bocah disebelahku ini hanya
bunshinku. Dia memiliki DNA yang sama denganku. Ini hanyalah cadangan. Cepatlah
mulai!” Kata si botak.
“!!” Sakura terlihat kaget, diperlihatkan pula wajah
shin-shin kecil yang lainnya, menatap serius.
“Kau memperlakukan bunshinmu seperti ini? Kau memang
bukan Orochimaru. Tapi bisa-bisanya kau!” Keluh Sakura.
“Ya! Kau benar, dia adalah guruku.”
“Tepatnya, aku ini adalah eksperimen lama
Orochimaru, untuk menciptakan teknik bunshin khusus.”
“Benar-benar ular, tak berperasaan!” Kata Sakura.
“Bocah-bocah ini di buat dengan cara mencangkok gigi
dan uratku. Bisa dibilang mereka ada disini untuk kepentinganku, untuk aku
gunakan demi keperluan tubuhku! Tidak lebih dari itu.”
Ekspresi wajah sakura berubah lebih serius bercampur
kesal, dia semakin terkejut dengan pernyataan pria botak itu.
Latar kembali ke tempat Sasuke, Naruto, Sarada dan
Chouchou.
Naruto yang tadi memejamkan matanya sekarang sudah membuka matanya kembali. Berada dalam mode sennin, mencoba mendeteksi keberadaan Sakura dan musuh-musuh tadi.
Naruto yang tadi memejamkan matanya sekarang sudah membuka matanya kembali. Berada dalam mode sennin, mencoba mendeteksi keberadaan Sakura dan musuh-musuh tadi.
“Kelihatannya buruk! Mereka mungkin pergi ke suatu
tempat yang sangat jauh, atau sedang tersembunyi dalam kekkei pelindung.” Kata
Sasuke, Naruto gagal mendeteksi mereka.
“Chakra sakura-chan juga tak bisa di deteksi.” Ucap
Naruto.
Sarada terlihat murung.
“Aku tau.” Ujar Sasuke.
“Kakashi-sensei bilang sih mereka ada kaitannya
dengan Orochimaru.” Jawab Naruto.
“Aku kira juga begitu. Karena ada sharingan yang
tertanam di lengan kirinya dan bagian lain tubuhnya. Hal ini sama dengan saat
aku melawan danzo, di lengan kanan danzo banyak tertanam sharingan. Yang
menciptakan tangan kanan Danzo itu adalah orochimaru.”
“Kalau kita ingin menemukan Sakura aku kira lebih
baik kalau kita pergi ke persembunyian orochimaru.” Naruto memberi saran.
Sasuke menjawab, “ Ku pikir kau benar, tapi
bagaimana dengan anak-anak ini?”
“Tapi orang itu juga mengincar Sarada, barangkali
karena mereka sudah tahu kalau dia anakmu, dia tidak boleh dijadikan sandera
juga. Jadi kupikir kalau mereka lebih aman jika bersama dengan kita.”
Sarada semakin sedih.
‘MAMA’ batinnya.
‘MAMA’ batinnya.
‘Thus’
Chouchou yang sedari tadi diam menyodorkan makanan
ringan pada Sasuke, Sasuke terlihat bingung dengan tingkah Chouchou. Dia
kemudian bicara.
“Aku benci suasana yang berat seperti ini. Menjadi
‘Berat’ dalam kondisi yang sesungguhnya saja sudah susah. Ayolah gadis
berkacamata! Kau pasti bisa melakukannya.Tinggal ada rasa garam saja, tapi
kalau dengan ini semuanya belum juga menjadi lebih baik aku tidak tahu harus
bagaimana lagi.”
Sasuke terdiam, Sarada menjadi semakin cemas dan
sedih.
Latar kembali beralih ke markas musuh. Bunshin si
botak itu semakin mengenaskan, Si botak kemudian berkata pada Sakura.
“Kau tidak perlu sedih. Mahluk hidup pada akhirnya juga akan mati kok.”
“Kau tidak perlu sedih. Mahluk hidup pada akhirnya juga akan mati kok.”
“Apa maksudmu?”
“Gen-gen atau bisa disebut juga sel reproduksi.
Inilah yang kita sebut “anak-anak” inilah caraku terus bertahan hidup dalam
keabadian. Selain itu sel yang tidak bereproduksi akan mati setelah periode
yang ditentukan. Dengan kata lain manusia bisa menipu kematian dengan
mereproduksi dan menggandakannya. Sel yang sudah dipakai dan terbuang
dikorbankan bahkan walaupun mereka masih hidup. Jadi dalam hal ini kematian
yang sesungguhnya bagi mereka adalah ketika mereka sudah digunakan atau
terbuang jasadnya. Ini memang keadaan yang tak bisa dihindari. “
“Walaupun begitu yang seharusnya kau fokuskan bukan
pada gen melainkan pada jasadnya. Pikiran dan persepsi hidup ada dan tinggal di
dalam mereka. Hubungan antara orang tua dan anak itu bukan hanya pada penurunan
Gen tapi lebih dari itu semua!” Teriak Sakura.
“Anak terbentuk dari percampuran gen kedua orang
tuanya. Menciptakan keturuanan yang kuat tak lebih dari sebuah naluri. Hanya
gen yang paling bagus saja yang dipilih untuk terus hidup, itulah esensi
kehidupan sendiri. Itulah evolusi manusia, dan ketika kita berevolusi kita akan
menjadi lebih dan lebih efisien. Teknik bunshin ini adalah bagian dari semua
itu. Itu adalah kebenaran Ninja kan? Turun dan terseret ke dalam medan
pertempuran, kekuatan dan skill ninjutsu yang baru akan segera tercipta dengan
cepat. Hanya ninja-ninja terkuat saja yang bisa dipilih. Perang diperlukan
untuk evolusi manusia, itulah tujuan adanya akatsuki.” Jelas shin botak.
“Kau bahkan lebih bodoh dari Orochimaru! Apa yang
sebenarnya kau pikirkan soal manusia? Kau benar-benar tak tahu seberapa
pentingnya menjadi orang tua!” Teriak sakura lagi.
Latar kembali berpindah. Seperti sebuah gua
persembunyian. Seorang pria yang sosoknya diperlihatkan dari belakang mulai
berucap.
“Cukup! Hentikan! Aku tidak mau dipanggil ‘ketua’
oleh Hokage.”
Ternyata orang tersebut adalah Yamato, wajahnya
sedikit berubah lebih dewasa. Ditempat itu, Naruto dan rombongannya tadi sudah
bergabung dengan Yamato.
‘Orang ini bukan ayahku’ Batin Chouchou.
“Tidak! Bagiku.. kau tetaplah ketua Yamato!” Kata
Naruto yang berada di belakang Yamato.
“Aku sudah banyak mendengar cerita dari pendahulumu.
Maaf ya! Aku tak bisa meninggalkan lokasi ini.” Imbuh Yamato.
“Jika terjadi sesuatu.. aku akan mengikuti jejak
orochimaru. Kalian mengerti?”
“Ya! Aku tau!”
“Kali ini kau bersama dengan sasuke, jadi aku rasa
akan lebih mudah dari pada waktu sebelumnya.”
“Baiklah, ayo kita menyusup! Aku tau bagian dalam
tempat ini kok.”
Mereka mulai menyelinap masuk, di dalam sebuah
terowongan.
“Lewat sini!” Kata Sasuke.
“Hei Sasuke. Tempat ini tidak sama dengan toko
langgananmu. Waspadalah sedikit-dattebayo!”
Sasuke dan semuanya terus masuk, tak lama kemudian
mereka di hadang oleh Juugo dan Suigetsu.
“Yah. Kita ketahuan.” Kata Naruto.
“Lama tak bertemu ya Sasuke!” Ujar Suigetsu, “ Ini
bukan tempat yang sesuai untuk dipakai jalan-jalan bersama anak-anak kau
tahu?!” Lanjutnya.
“Hokage ya? Huuh!” Kata Juugo.
Melihat mereka, Sarada langsung teringat pada foto
yang pernah dia temukan. Ya! Mereka adalah Team Taka. ‘seperti orang-orang yang
ada di foto’ Batinnya.
“Antarkan kami ke persembunyian Orochimaru.” Kata
sasuke dingin.
“Ku rasa itu tak perlu.” Kata naruto.
“Oh astaga! Aku tak percaya kau mau berkunjung
kesini lagi Sasuke.”
“Haah? Bagaimana bisa kau terlihat muda begini
orochimaru.”
“Kau harusnya sudah tau aku kan? Tidak perlu
membicarakan hal yang tak penting!”
“Baiklah kalau begitu.”
“Orochimaru.. jadi ini ya orangnya?” kata Sarada.
“Hey! Siapa anak-anak ini?” Tanya Orochi.
‘Kalau.. kalau orang ini adalah orang tuaku. Dia ini
harus jadi ayahku atau ibuku? Yang mana enaknya sarada?” Kata chouchou dengan
ekpresi aneh di wajahnya.
“Apa?” Sarada bingung.
“Anak buahmu mencoba membunuh anakku dan
membahayakan isteriku. Jika kau memang sedang merencanakan sesuatu sebaiknya
kau katakan saja sekarang!”
Orochimaru sedikit bingung, kemudian dia berkata.
“Ikuti aku!”
“Ikuti aku!”
Mengesankan, ini adalah ruang eksperimen orochimaru.
Salah satunya ada tabung, di dalamnya terdapat bocah seperti Shin kecil.
“Itu adalah kemampuan Shin, dia hanya tertarik pada
Itachi dan bukan seorang anggota klan uchiha. Tapi dia meninggalkanku, dia
hanya salah satu percobaan lamaku, seperti yang bisa kalian perkirakan, lengan
kanan danzou berasal dari dia. Anak ini benar-benar istimewa, tubuhnya unik dan
tidak menolak transplantasi. Jadi aku menginginkan lebih banyak lagi tubuh
seperti miliknya, aku mengulang-ngulang teknik bunshin dengan menggunakan tubuh
anak ini. Sampai kami bisa menemukan misteri genetika.”
“Bunshin?” Sahut Naruto.
“ini lebih bagus daripada kage bunshin milikmu.
Semua bunshin itu adalah asli. Bisa disebut bunshin yang tidak dapat hilang.”
“Aku tak paham, katamu mereka adalah bunshin yang
tak bisa hilang, tapi kalau di bunuh apa yang akan terjadi?” Tanya naruto.
“Klon-klon ini akan terlahir dengan sendirinya, bisa
dibilang mereka itu seperti anak kembar, masing-masing memiliki kepribadian
sendiri dan pemikirannya sendiri. Butuh waktu untuk tumbuh, tetapi gen-gen ini
mirip dengan ayah dan anak atau bahkan saudara kandung. Kalau kalian ingin
membunuh mereka tak ada pilihan lain kecuali membunuh mereka semua, sekaligus.”
Jelas orochimaru.
“….!! Tidak bisa semudah itu karena ini berhubungan
dengan manusia kau tahu!” Bantah Naruto. “ Apa kau pikir tidak masalah setelah
melakukan eksperimen semacam ini?”
“Sebenarnya manusia itu sederhana. Orang-orang
adalah budak dari gen mereka sendiri, individu dan semua yang terhubung dengan
itu bisa kita buktikan.” Tambah orochimaru.
“Bagaimana jika bukan bunshin? Bagaimana kalau anak
dan orang tua kandung?” Ucap sarada, sasuke sedikit bingung dengan pernyataan
anaknya.
“Ya! Apa kau ingin membuktikannya?” Tanya
orochimaru.
“Jangan Sarada! Bahkan kita saja tidak tahu apa
jenis kelamin orang ini. Jujur saja, orang ini benar-benar menyeramkan.” Bisik
Chouchou.
“Bukan waktunya untuk basa-basi. Jika kau tahu beri
tahu kami persembunyian Shin.”
“Baiklah! Kalau konoha ingin menangkap shin yang
merepotkan itu, sepertinya aku juga akan terbantu.” Kata orochimaru.
“Aku akan menceritakan detailnya, jadi ayo kita
pergi ke ruang monitor. Kau tak akan berubah pikiran lagi karena aku kan?”
Saat itu ekspresi wajah sarada benar-benar serius.
Dia berjalan paling belakang dan kemudian tanpa sengaja mencolek suigetsu,
menunjukkan foto tim taka pada suigetsu dan bertanya.
“Wanita ini ada diruangan yang mana?”
“Ah.. Karin tidak ada disini. Dia ada
dipersembunyian yang lain.” Jawab suigetsu.
“Begitu ya?” Sarada Kecewa, “Kalau begitu bisakah
aku minta bantuanmu?”
Naruto yang ada di belakang Juugo merasakan firasat
aneh.
Latar berpindah lagi, suigetsu dan Sarada kini ada
disebuah ruangan yang berbeda.
“APAAA?” Suigetsu terkejut. “Apa maksudmu? Jadi
Sasuke sebrengsek itu?”
“Hanya perasaanku saja, makanya aku ingin tahu siapa
ibuku yang asli. Aku ingin kau membantuku.” Sarada memohon. Suigetsu mulai
berpikir dan membayangkan Sasuke sedang berduaan dengan Karin.
‘Err.. Aku kira Karin…….!’ Batin suigetsu.
“Kau bisa membantuku mencari semua keterkaitan ini
kan?” Pinta Sarada lagi.
“Baiklah, aku kira bisa sih.” Suigetsu terlihat
malas.
“Aneh, aku rasa harusnya ada di sekitar sini.”
Suigetsu sepertinya sedang mencari sesuatu di sebuah laci.
Suigetsu kemudian teringat kata-kata Karin.
**"Meja ini adalah privasiku, jadi tak ada
seorangpun yang boleh menyentuhnya Suigetsu!” Karin menegaskan.**
“Ah! Ini dia. Aku tau kalau ini adalah DNAnya Karin.
Tapi kok…..” Suigetsu terlihat ragu.
“Alat pencocok DNA ini akan melihat kecocokan DNA
kalian, melihat hubungan kalian.”
Sarada mengikuti intruksi suigetsu, dia mencoba alat
itu, melihat kecocokan DNAnya dengan Karin, masih dalam proses…………. Proses
analisa, Sarada sampai gugup.
“SESUAI"
“SESUAI"
Mengejutkan bukan?
“Yah! Memang sepertinya Karin adalah ibumu.” Kata
Suigetsu.
Naruto yang mengawasi dari balik dinding menunjukkan
Raut muka kesal. Sarada menangis mendengarkan kenyataan itu, dia begitu kecewa,
sangat kecewa.
‘Perasaanmu dan ayahmu terhubung melalui sebuah
ikatan, kau tidak usah khawatir.’ Kalimat itu terngiang kembali ke pikirannya,
kalimat yang pernah dikatakan Sakura padanya.
“Kacamatamu juga mirip lho.” Timpal suigetsu.
“Baiklah, sebaiknya aku pergi saja.” Kata sarada.
Sarada terus menangis.
“Apa aku sudah melakukan hal yang buruk ya? Huh!” Keluh
Suigetsu. Naruto yang ada disampingnya langsung angkat bicara.
“Kalian tim Taka memang selalu ikut campur urusan
orang lain, bodoh!-dattebayo!”
Suigetsu dan Naruto akhirnya adu mulut.
“Yang salah itu Sasuke! Harusnya kau tahu itu!”
“Mana aku tahu? Dasar sasuke brengsek!”
“Aku serahkan sisanya padamu.. daa~”
“Oi suigetsu! Tunggu!” Teriak Naruto.
Sarada tenggelam dalam putus asa yang berat,
bagaimana reaksinya selanjutnya? Dia hanya tertunduk dan menangis, Naruto
mencoba bicara padanya.
“Hei Sarada, kita sudah akan pergi sebentar lagi.”
“Aku rasa auramu mirip dengan Sakura.” Kalimat yang
pernah diucapkan Naruto membayangi kembali benak sarada. Membayanginya dalam
keputusasaannya yang sekarang.
“Bohong!”
“Huh?”
“NANADAIME PEMBOHONG!” Teriak Sarada. “ Kenapa aku
harus menolong orang yang bukan ibuku? Bahkan orang yang tak punya hubungan
apa-apa denganku! Aku sudah diam cukup lama. Tapi sekarang aku sudah tahu!”
Sarada masih terus berteriak, tomoe di matanya kembali muncul.
‘KEBENARAN MEMANG KEJAM.’
Related Posts:
NARUTO GAIDEN CHAPTER 6 - PERUBAHAN YANG BELUM SEMPURNA
Sebelumnya, Sarada berhasil bertemu sang Ayah dan mengeluarkan semua perasaan yang ia pendam selama ini tentang sosok yang sangat ia ingin temui itu, namun jawaban Sasuke tidak membuatnya puas.
Ia kesal hingga akhirnya Naruto menenangkannya. Di
tempat lain Pemimpin Akatsuki yang baru bersama Uchiha Shin tiba di tempat
pertemuan Naruto dan Sasuke, mereka langsung menyerang. Duel pun tak
terelakkan!
Sasuke turun untuk menghadapi musuh barunya itu, ia
memberikan perlindungan untuk Naruto dan Sarada dibelakangnya.
Musuh yang datang dari atas semakin dekat, duel
sesama pengguna Sharingan ini terjadi. Sasuke dengan katana yang ia pegang ikut
melompat, melemparkan beberapa benda mirip shuriken ke arah musuhnya.
"Papa!!" teriak Sarada.
Tapi serangan Sasuke dengan mudah dihentikan oleh
pemimpin Akatsuki yang baru itu, ia memblok serangan Sasuke dengan melemparkan
benda yang hampir sama.
Kini mereka semakin dekat di udara, pemimpin
Akatsuki itu menjulurkan tangan kirinya untuk mengenai Sasuke, di telapak
tangan kirinya itu ternyata terdapa Sharingan tranplanyasi juga.
Melihat itu Sasuke langsung menghunuskan katana
miliknya. Lagi, serangan Sasuke berhasil dihentikan, katana yang Sasuke
hunuskan ditangkap dengan begitu mudah oleh musuhnya dengan tangan kosong.
Naruto hanya melihat dari bawah, ia dengan chakra
Kurama melindungi Sarada.
Kembali ke duel Sasuke. Sang musuh, pemimpin
Akatsuki yang baru itu tersenyum mampu menghentikan serangan Sasuke, pergerakan
Sasuke pun sedikit terhenti karena serangannya sudah digagalkan.
Uchiha Shin, orang yang mengaku anak dari pemimpin
Akatsuki itu muncul dari belakan untuk ikut membantu menyerang Sasuke. Sebuah
benda mirip kunai dengan ukuran besar ia arahkan pada Sasuke, musuh yang
berjumlah dua orang itu bekerja sama.
Sasuke tak tinggal diam. Sebuah mata kiri yang
selama ini dia tutupi dengan rambutnya terbuka. Rinnegan, ya Rinnegan. Entah
apa yang terjadi dengan kekuatan Sasuke itu, Sasuke berhasil menghindar dari
serangan Uchiha Shin, lebih tepatnya bukan menghindar, Sasuke seperti
menghilang dan dengan cepat lalu muncul di belakang dua musuhnya itu, dia
melepaskan katananya.
Sasuke yang kini berada di belakang musuh mengeluarkan
sebuah jutsu. "Katon: Goukakyou no Jutsu!!". Sebuah jutsu elemen api
sederhana khas klan Uchiha ia kirimkan kearah musuh.
"Kita lihat kekuatan apa yang mereka
punya." pikir Sasuke dalam hati.
Musuh yang sadar di serang Sasuke bukan menghindar,
sang pemimpin Akatsuki malah mengorbankan anaknya Uchiha Shin dengan
melemparkannya ke belakangnya, alhasil dengan begitu ia pun terkena serangan
Sasuke hingga tubuhnya terbakar, berkat tameng manusia itu sang pemimpin
Akatsuki selamat.
"Apa dia sudah memperhitungkannya?" pikir
Naruto dibawah mengamati pertarungan sahabatnya itu.
Serangan Katon Sasuke itu membuat dua musuhnya
tersungkur jatuh ke tanah, katana yang sebelumnya dipegang oleh musuh terlepas
dan berhasil Sasuke dapatkan kembali.
"Begitu ya, jadi itu kekuatan mata milikmu,
Sasuke Uchiha." ucap musuh yang perlahan mencoba bangkit, sedangnkan musuh
satunya Uchiha Shin, terkapar karena terbakar oleh serangan Sasuke.
Sasuke kembali ke posisi awalnya. Sarada yang
daritadi diperlihatkan oleh aksi Ayahnya berucap. "Ayahku... Ayahku
menakjubkan." ucapnya. "Kau masih belum melihat apa-apa." ucap
Naruto pada Sarada disampingnya.
Di seberang sana, dimana musuh yang kini telah
bangkit. "Kami harus gunakan bakat sepertimu untuk membentuk Akatsuki
kembali." ucap pemimpin Akatsuki itu.
"Apa kau salah satu anggota Akatsuki yang
selamat?" tanya Naruto. Kata-kata yang keluar dari mulut Naruto itu
ditanggapi Sasuke, "Biar aku saja yang bicara." ucap Sasuke.
"Aku... Aku adalah Uchiha Shin!" ucap
pemimpin Akatsuki baru itu.
Mendengar ucapan musuh itu, Sarada teringat sesuatu
dalam perjalan menemui Ayahnya sebelumnya. "Uchiha Shin, Ayah menyuruhku
untuk membawamu kepadanya." ucap musuh yang menghadangnya waktu itu.
"Tapi kalau begitu, namanya sama dengan
dia." ucap Sarada dengan ekspresi bingung.
"Pastikan itu nanti kalau kita sidah membawa
mereka untuk ditanyai, jadi diamlah." ucap Sasuke.
Sementara Naruto yang mendengarkan ucapan Sarada
langsung bertanya, "Kok bisa bilang begitu?" tanya Naruto. "Anak
itu sebelumya mengaku kalau orang itu Ayahnya!" jawab Sarada.
Di tempat Chochou, tepat di pintu ruang pertemuan,
ia ternyata juga mengamati pertarungan Ayah Sarada dengan lawannya. Sambil
memakan sebungkus snack ia berpikir, "Ah... andai saja Ayahku punya
kekuatan yang bisa membuat gadis terpukau seperti Sarada." pikirnya dengan
santai.
Kembali ke pertarungan, tepatnya di tempat dua lawan
Sasuke, kini sang anak dari pemimpin Akatsuki yang sebelumnya terbakar oleh
serangan Sasuke sedikit bergerak, ia belum mati.
"Kalau memang benar, pria itu menggunakan
anaknya sendiri sebagai tameng manusia." pikir Naruto.
"Naruto, amankan anak-anak ini!" perintah
Sasuke melihat dua lawannya telah bangkit.
"Baiklah, kalau begitu jangan lengah."
ucap Naruto menuruti perintah Sasuke, namun didalam hatinya, "Lalu aku
akan membuat celah." pikir Naruto.
Sang lawan telah siap, ia menatap kearah Naruto dan
Sasuke dengan mata kanan Sharingan hasil transplantasinya.
Tiba-tiba, mengejutkan! Katana yang Sasuke pegang
bergerak sendiri mundur kebelakang dimana ada Naruto disana, dengan begitu,
Naruto pun tertusuk telak di bagian perut oleh katana milik Sasuke.
"A..Apa?!"
"Nanadaime?!!" Sasuke kaget sambil melihat
kearah Naruto, begitu juga Sarada yang ada di dekatnya.
"Inilah kekuatan mataku, bagaimana menurutmu?
Aku lawan yang cukup pantas untukmu kan?" ucap musuh diseberang sana,
ternyata ia yang melakukan hal tersebut.
"Jangan khawatir Sarada... Aku tidak
apa-apa..." ucap Naruto, walau mengatakan tidak apa-apa, ia cukup
kesakitan.
"Ugh.. itu dia... orang ini bisa menggunakan
matanya untuk menggerakkan senjata dengan leluasa." ucap Naruto.
Sasuke pun menganalisa kekuatan lawannya itu, ia
teringat saat lawannya memegang katana yang ia hunuskan saat pertarungan di
udara tadi, "Saat itu... ah.. mereka pasti sudah menandai katanaku!"
pikirnya.
Chakra Kurama yang menyelimuti Naruto dan Sarada
sebagai perlindungan mulai memudar, senjata seperti pisau yang tertancap di
chakra Kurama milik musuh saat serangan di awal-awal tadi bergerak dikendalikan
lawan dengan kekuatan Mangekyo diseberang sana.
Senjata itupun benar-benar berhasil menembus
pertahan Naruto, senjata-senjata itu mengarah ke Sarada.
Melihat anaknya terancam, dengan cepat Sasuke
bertindak, ia bergerak kearah Sarada, melindungi anaknya itu dari ancaman
serangan lawan, sehingga ia pun tertusuk senjata-senjata itu.
"Aghhh!!!" Sasuke kesakitan.
"Papa!!" teriak Sarada melihat Ayahnya
terkena serangan lawan.
"Kedamaian berarti akhir dari evolusi umat
manusia, begitulah kalian semua." ucap pemimpin Akatsuki baru itu.
"Spesies yang tidak berevolusi lagi akhirya akan dihancurkan."
lanjutnya.
Di sisi Sasuke, "Ugh.. Mereka menghentikan
gerakanku..." senjata-senjata yang menancap di tubuh Sasuke perlahan-lahan
masuk ke tubuh Sasuke lebih dalam.
--- Naruto Gaiden Chapter 6 Versi Teks By Dunia
Naruto Indonesia ---
Sarada terdiam, tak bisa berbuat apa-apa karena sang
Hokage serta Ayahnya terkena serang lawannya itu.
Namun tiba-tiba, dari sisi lawan yang ingin
menyerang Sasuke dan Naruto, seseorang muncul dengan cepat. "Kau pikir apa
yang sedang kau lakukan pada suami dan putriki kesayanganku, brengsek!!!"
Suami, putri, kata-kata itu mudah kita simpulkan bahwa ia adalah Sakura. Ia
telah sampai menuju tempat pertemuan Naruto dengan Sasuke. Bantuan telah
datang.
Sakura memukul dengan keras pemimpin Akatsuki itu
hingga tersungkur.
"Mama!!" ucap Sarada.
"Siapa orang-orang ini?!!" teriak Sakura
bertanya.
"Padahal aku sedang dalam misi, apa yang kau
lakukan disini?" ucap Sasuke.
"Aku juga disini, tahu!" ucap Naruto, ia
memanjangkan lengan chakra Kurama miliknya, mengunci pergerakan musuh yang
tersungkur oleh pukulan Sakura.
"Kau baik-baik saja Naruto?" tanya Sakura.
"Ya sebentar lagi aku akan baik-baik
saja."
"Eh.. benarkah?" Sarada heran Hokage
Ketujuh pulih dengan cepat.
Lengan Kurama Naruto juga mengunci pergerakan anak
dari pemimpin Akatsuki itu, Uchiha Shin.
"Yang seperti ini takkan membunuhmu?! Jangan
sombong dulu! Kemampuan bertarungmu saja sudah melunak!" ledek Kurama
dalam tubuh Naruto.
"Tidak usah kau bilang!" jawab Naruto,
sambil melepaskan katana milik Sasuke yang menusuknya.
"Maaf... tadinya Ibu memang bermaksud
memberitahumu." ucap Sakura, ia berkata pada Sarada dengan ekspresi
penyesalan.
Sarada tak berkata apa-apa mendengar permintaan maaf
dari Ibunya.
"Tidak... Kalau dipikir, bagaimanapun, ini
semua salahku!" ucap Sasuke, ia juga melepaskan satu persatu senjata lawan
yang menancap di tubuhnya.
"Namun kita malah...."
DIsela-sela perbincangan Tim Tujuh, mini Juubi
datang kedekat Sakura dan dua lawan Naruto Sasuke yang sebelumnya terkapar,
"Kita ambil yang satu ini!" ucapnya, ia melakukan teknik mirip Kamui
lagi, menyerap Sakura dan dua rekannya itu ke dalam teknik tersebut.
"Mama!!"
"Jutsu ruang dan waktu?!" ucap Sasuke,
"Trik tersembunyi mereka banyak juga."
ucap Sakura yang tidak mampu berbuat apa-apa karena tindakan musuh begitu
cepat. Sakura kini telah berpindah tempat, ia berada di sarang musuh dan kini
dikelilingi 5 Uchiha Shin sambil menodongkan kunai besar kearah Sakura.
Di luar dugaan, pemimpin Akatsuki sekaligus Ayah
dari Uchiha Shin yang telah berpindah bersama Sakura, mengarahkan sebuah senjatanya
pada Uchiha Shin yang lemah akibat serangan katon Sasuke sebelumnya. Ia
membunuhnya.
Di tempat Naruto dan Sasuke. "Aku tidak mau
mengajak Sarada bicara jika dia sedang cemberut.. Apa sekarang dia sudah
baikkan? Soalnya aku benci jika harus terlibat dalam situasi canggung seperti
ini..." pikir Chochou yang masih berada di balik pintu ruang pertemuan.
"Dia bahkan bisa menggunakan jutsu ruang dan
waktu..." ucap Sasuke, sementara anaknya, Sarada terlihat murung.
"Sial... kita tertipu! Padahal ini persis
seperti perkataan Kurama, payah!" ucap kesal Naruto.
Kembali ke lokasi Sakura di tempat musuh. Ia
meletakkan dua musuhnya yang terkapar, ia melakuan sesuatu pada dua lawannya
itu.
"Transplantasi organ? Jika organ itu kuambil
maka anak itu akan..."
"Kau ninja medis, huh? Tapi.. Ini semua juga
terjadi akibat ulahmu!" ucap pemimpin Akatsuki pada Sakura, ia kini tak
bisa apa-apa karena serangan Sakura tadi.
"Apanya?! Bukannya kau yang lebuh dulu ingin
membunuh suami dan putriku?! Sekaligus temanku juga!" bantah Sakura.
"Lalu, kenapa kau masih tetap mengkhawatirkan
anak itu?"
"Kau...." ucap Sakura begitu kesal.
Related Posts:
Langganan:
Postingan (Atom)