NARUTO GAIDEN CHAPTER 10 - YANG TERCERMIN DIMATANYA



Sarada menghantam dan menghancurkan tanah tempat para Shin berpijak. Dengan kekuatan yang begitu mengerikan, serangan itu mampu menghempaskan para Shin. Keadaan benar-benar tak berpihak pada musuh. Para Shin itu tak hanya harus berhadapan dengan kekuatan Sarada, namun juga sang Hokage, Naruto. Ketika seorang Shin hendak menyerang Naruto dengan senjata ninja besarnya, dengan sangat mudah Naruto menahan senjata itu, mencengkramnya hingga retak sambil berkata, "Tenanglah.." "!!!" Dari sharingan biasa, Shin mengubah matanya ke Mangekyou. Namun Naruto tak takut sama sekali, ia balas menatap dengan mata Kyuubi, "Kurama.." Akhirnya malah Shin yang ketakutan, tubuhnya gemetaran. Di hadapannya, seolah ada sosok monster mengerikan yang sudah siap untuk mencabik-cabik tubuhnya.
hehehe
"Tak ada yang perlu ditakutkan.." ucap Naruto. "Kalau kalian tak melakukan yang lebih buruk dari ini, kami juga tak akan melakukannya." Para Shin terdiam. "Seperti biasa kau terlalu lembut.." ucap Sasuke. "Lalu apa yang akan kau lakukan dengan orang-orang ini?" "Yah, soal itu.. Konoha punya organisasi yang mengurus anak- anak terlantar, aku akan bicara dengan pimpinannya nanti." ucap Naruto. "Oi, orang-orang ini memiliki sharingan.. apa kau yakin ingin mengurus anak-anak seperti mereka?" "Yah, bagaimanapun mereka cuma anak-anak, mereka cuma butuh sedikit latihan.." ucap Naruto.
"Hebat kau Sarada!!" Chouchou melompat meuju tempat sarada berdiri, di tengah-tengah reruntuhan. "Kelihatannya semua keluargamu hebat-hebat!! Kekuatan yang luar biasa!!" Sarada hanya terdiam, dan matanya masih di mode Sharingan. "Eh!? Sarada, matamu jadi sama seperti mata ayahmu!!" "Yah..." ucap Sarada pelan. Dari wajahnya, kelihatannya ia sendiri masih kaget dengan kekuatannya tadi.
"Sarada, apa kau baik-baik saja!?" Sakura yang masih terluka berlari menuju Sarada. "Kau selalu saja membuat ibu khawatir!!" ucapnya. "Maaf.." ucap Sarada. "Ibu senang sekali kau baik-baik saja.." Sakura memeluk putrinya. "Terlalu erat, bu.." ucap Sarada. "Ups! Maaf ya.." Sakura pun melepas pelukannya. "Aku sudah mendengar banyak dari Shizune, shannarou.... kau itu putriku, tak perlu diragukan lagi, putri yang bodoh tepatnya.." "Ya, aku tahu.. sekarang aku mengerti.." ucap Sarada. "Kita semua memiliki ingatan dan kenangan.. perasaan yang menghubungkan kita semua.."
Sarada ingat apa yang waktu itu dikatakan ibunya, "Hati kita dengan papa saling terhubung.." "Papa!" Sarada lalu melihat Sasuke, "Papa, apa kau juga berpikir kalau perasaan kita dan ibu benar-benar saling terhubung?" "Ya.." ucap Sasuke. "Kenapa kau bisa mengatakan itu?" "Karena kami sama-sama memilikimu... Sarada." Sarada terharu, air mata hampir menetes dari matanya. "Syukurlah kau senang, Sarada.." ucap Chouchou dalam hati. "Yah, ayo sekarang kita pulang!!" ucap Naruto. Setelahnya, para Shin itu benar- benar dibawa ke semacam panti asuhan. "Kami akan memberi masing- masing dari mereka nama.." ucap pengurus panti. "Yah, tapi sepertinya kita harus memberikan banyak sekali nama.." ucap pimpinan panti, Kabuto. "Mulai saat ini kalian akan tinggal di sini, jadi itu artinya mulai sekarang akulah ayah kalian. Namaku Kabuto, kalian tak usah malu-malu." Di dekat gerbang Konoha, "Aah, padahal harusnya ini menjadi perjalanan untuk mencari ayahku.." ucap Chouchou ke Sarada. "Tapi kita malah menemukan ayahmu, yang selanjutnya giliranku ya, kau mau membantu, kan?" "Ah.. iya..." ucap Sarada. Lalu di dekat sana, terlihat Ino sedang berbincang-bincang dengan seorang lelaki bertubuh kurus. "Sudah lama ya tidak melaksanakan misi seperti ini.." ucap lelaki itu. "Maksudmu sudah lama sejak terakhir kau memaksakan dirimu??" Chouchou langsung berpikir, "Tidak salah lagi, pasti laki-laki itu!!" Chouchou pun menghampirinya dan berkata, "Apa kau.. apa kau ayahku!?" "Eh? Tentu saja, Chouchou, kau ini bicara apa, hah?" lelaki itu ternyata Choucji. "Eeh!? Apa kau benar-benar ayah!?" Chouchou kaget. "Yah, sudah lama sekali sejak kau menjadi seperti ini kan, Chouji, pantas saja kalau dia tidak kenal.." ucap Ino. "Yah, kurasa memang begitu.." ucap Chouji. "Yah, apa itu!? Apa itu semacam jurus rahasia klan Akimichi!?" "Yah, semacam itulah.." "Kalau begitu ajari aku!! Langsung mulai besok!!" pinta Chouchou. Melihat itu Sarada tertawa.
"Eh?" Ino kaget saat melihat Naruto dan Sakura yang datang bersama Sasuke. "Sasuke-kun!? Wah, lama ya tak jumpa!!" "Choucji, Chouchou terus saja mencarimu.." ucap Naruto. "Ah, aku sedang dalam misi.." ucap Chouji. Sarada langsung menghalangi Ino yang mau dekat-dekat dengan ayahnya. "Hahaha.." Sakura tertawa. Setelah itu, mereka pulang, dan malam harinya, untuk pertama kalinya Sarada makan malam dengan kedua orang tuanya, lengkap. Namun tak lama, Sasuke harus pergi lagi. Perpisahan tak bisa dihindari, Sarada dan Sakura mengantar Sasuke sampai di pintu gerbang. "Kapan ayah akan kembali lagi?" tanya Sarada dengan wajah sedih. Sasuke memeluknya. "Ayah.." "Jangan memasang wajah seperti itu." ucap Sasuke, kemudian menyentuh dahinya dengan dua jari, "Sampai jumpa lagi ya.." Sarada pun tersenyum. "Oh iya, ini bekal makananmu.." Sakura memberi Sasuke kotak makanan. "Ah, iya.." Sakura lalu menyodorkan wajahnya, tapi Sasuke malah langsung balik badan dan pergi, "Sampai jumpa.. aku pasti kembali." ucapnya. Dalam hati, Sakura, "Mau buat aku menunggu terus ya...." Sasuke pergi dengan perasaan senang, sambil membawa kotak makanan dengan lambang Uchiha. Kemudian, di kelas Akademi, Boruto menghampiri Sarada dan berkata, "Makasih ya.." "Makasih untuk apa?" "Kotak makanan itu, kau benar- benar memberikannya pada ayahku.." ucap Boruto. "Yah, sebenarnya aku yang harus berterimakasih, berkat itu tujuanku tercapai, makasih ya.." "Apa maksudmu?" Boruto bingung. "Kalau harus jadi pengantar makanan ke seluruh penjuru desa pasti tak bisa, karena itu aku sudah memutuskan untuk menjadi Hokage." ucap Sarada. "Heh? Hokage... aneh..." ucap Boruto.
Kemudian, kembali ke persembunyian Orochimaru. "Eh!? Mustahil!!" bentak Karin. Ya, Karin membentak Suigetsu. "Justru aku yang membantu melahirkan Sarada!!" "Eh? Jadi yang dipakai untuk tes DNA itu.." "Itu tes antara Sakura dan Sarada!! Sakura terus mengejar Sasuke, dan kami pergi bersama-sama, lalu sarada lahir waktu itu di markas persembunyian!!" "Yah, kau juga sih... Selalu saja bilang, Sasuke, Sasuke.." "Bodoh, aku hanya ingin melihat Sasuke senang, dan lagi ada yang disebut sebagai persahabatan antar perempuan.." ucap Karin. "Oh, yah.. itu.. jadi kau sudah benar-benar berhenti mengejar- ngejarnya, ya?" "Kau tak mengerti... hubungan itu ada banyak bentuknya... dan lagi, kau Suigetsu... kau harus minta maaf pada Sarada!! Dan kurasa kau harus memberinya kacamata baru, yang dulu pasti sudah kekecilan.." Kembali ke Sarada, di rumahnya, saat ini ia sedang menatap sebuah foto sambil tersenyum. Kali ini foto yang benar-benar asli, foto ia bersama ayah dan ibuny


Related Posts:

NARUTO GAIDEN CHAPTER 9 - AKU AKAN MELINDUNGIMU

Sakura bersiap untuk bertarung, namun meski sempat mengalahkannya sekali, lelaki itu tetap bukan lawan yang mudah. Terlebih, saat ini Sakura berada di daerah kekuasaan musuh, dan ia dikepung oleh enam anak Shin. Shin menggunakan kemampuannya untuk mengendalikan batangan- batangan pisau kemudian menempelkannya di tangan kanannya.
Sementara itu di sisi Naruto dan yang lainnya, mereka pergi ke tempat tujuan menggunakan Susano'o Sasuke, terbang di atas awan. Dari belakang Sasuke, Sarada terus memandangi ayahnya itu. Ia teringat dengan ibunya, Sarada juga teringat dengan kata-kata Sasuke waktu itu, bahwa dialah yang salah, juga ketika Sasuke berkata bahwa istrinya bukanlah wanita yang lemah.. "Bagaimana sebenarnya perasaan orang ini terhadap ibu?" ucap Sarada dalam hati. "Ada apa sebenarnya... di antara mereka berdua? Lalu wanita di foto itu.. yang bersama ayah... dia adalah..." Tiba-tiba saja Naruto menepuk pundak Sarada.
ooooii jangan smbil minum baca nya... dosa oiiik
Dari yang semula tampang murung, bingung, Sarada kembali tersenyum. "Tidak ada gunanya saat ini aku memikirkan hal-hal seperti itu." ucap Sarada dalam hati. "Seperti yang Hokage ketujuh katakan, yang saat ini harus kulakukan adalah menolong ibu, itu saja!"
"Di sekitar sini.." ucap Sasuke. Tampaknya mereka sudah sampai di tempat tujuan. "Naruto, selanjutnya kuserahkan masalah pelacakannya padamu.." Buaghhhh!!!!!! pertarungan antara Sakura dan Shin telah dimulai. Mereka mulai saling menyerang, Shin menggunakan shuriken raksasa yang ia buat dari kumpulan batangan pisau yang ia gabungkan, sementara Sakura hany dengan tinjunya yang super.
hohohohoho serem coy....
Namun tiba-tiba saja, sesuatu menembak Shin dari belakang, menyapu dan melenyapkan tangan kanannya, panah Susano'o. Lalu sebelum sempat Shin menyadari apa yang terjadi, tangan Susano'o Sasuke telah mencengkram tubuhnya. "A-apa yang!? Gaaaahhh!!!" "Mama!!" teriak Sarada. Sasuke kemudian menabut dua pisau yang menusuk lengan Sakura, lalu menggunakan Amaterasu untuk membakarnya. "Terimakasih, sayang.." ucap Sakura. "Kau bisa menyembuhkan lukanya sendiri kan setelah ini.." "Yah..." Mereka semua kini berada di dalam Susano'o. Melihat ayah dan ibunya akur seperti itu, Sarada merasa senang. "Seperti yang kukira, Sasuke yang kekuatan matanya telah kembali sangat bisa diandalkan.." ucap Naruto. "Aaaah, kenapa dia malah ayahnya Sarada dan bukan ayahku!!" gerutu kesal Chouchou. Setelahnya Sasuke pun menghilangkan Susano'onya, lalu bersama-sama mereka semua mendekati Shin yang telah terkapar. "Kita sudah meremukan tulangnya, dia tak akan bisa bergerak lagi.." "Kami akan membawamu ke Konoha untuk mencaritahu apa saja yang kau tahu.." "Hah, benarkah begitu?" Shin tampak tak takut sama sekali. "Saat ini aku harus menggunakan para Shin sebagai umpan.." ucapnya dalam hati. "Lalu keluar dari sini.." Shin pun memberi perintah pada para Shin kecil yang sejak tadi bersembunyi di belakangnya. "Lakukanlah, kalian semua!!" ucapnya dan... Bats!!!!! para Shin langsung menusuk tubuhnya.
"!?" Naruto dan yang lainnya kaget, bahkan Shin pun juga, bukan ini yang ia maksudnya. "A-apa yang kalian lakukan!?" ucapnya kesal. "Sudah cukup..." ucap seorang Shin kecil yang berdiri paling atas. "Ayah.. saat ini kau hanyalah daging yang sudah tua.. tak berguna dan tak bisa dimanfaatkan lagi.." "Kalian...!! Aku!! Akulah yang asli!!" teriak Shin. "Kekuatan matamu.. telah melemah, ayah.. mulai saat ini, cuma kamilah yang akan berevolusi, itulah.. yang paling... masuk akal..."
"Aku sudah berpikir kalau sesuatu seperti ini mungkin saja terjadi.." ucap Sakura. "Mereka banyak sekali.." ucap Naruto dalam hati. Memang, sekarang tak cuma lima atau enam, di belakang sana tampak ratusan atau bahkan mungkin ribuan Shin kecil. Ada yang gemuk, kurus, ada juga yang biasa. Mereka beragam.
"Sejak kapan... semua ini muncul?" ucap Shin dewasa, dalam kondisi sekarat. "Kami.. tumbuh.. kami tak butuh... ayah lagi..." "Whoaa!!! Mereka banyak sekali!! Ada yang gendut juga beberapa!!" ucap Chouchou. "Serahkan saja pada mereka, Chouchou!!" ucap Sarada. "Sepertinya mereka tidak diklon dengan baik.." ucap Sakura. Namun sebanyak apapun mereka, Naruto memiliki pasukan yang tak kalah banyak, kage bunshinnya. "Tajuu Kage Bunshin no Jutsu!!!" Lalu dari balik gua, muncul lagi satu Shin, Shin raksasa. Ya, Shin gendut berukuran raksasa.
Sasuke menyerangnya dengan tinju Shusani'o, Buaghh!!! "Yang besar sekali tiba-tiba saja muncul... ada di klon juga!?" ucap Chouchou. "Sekaranglah kesempatanku!!" Shin dewasa menggunakan kemampuan pindah dimensinya untuk kabur. "Aku akan membutuhkan organ, aku akan membawa gadis itu bersamaku!!" "Sarada!!" teriak Sasuke. "Aku tahu apa yang harus kulakukan!!" Sarada menghantam mahluk kerdil yang hendak memindahkannya menggunakan jutsu dimensi. Bersamaan dengan itu, tampaknya Shin dewasa pun mati. "Dia... mati..."
"Hah, di sebelah sana ada juga!?" ucap Chouchou saat melihat sisi lainnya, tampak ribuan Shin kecil lagi. "Perlu serangan lain lagi ya.." Naruto bersiap untuk menggunakan Kage Bunshin lagi. "Tunggu di sana, Sarada..." Sakura juga hendak bertarung, akan tetapi.. Satt!! Mendadak Sarad malah melesat menuju pasukan Shin itu. "Eh!?" Sarada menghindari tembakan senjata ninja yang mengarah kepadanya, lalu "SHANNARO!!!!!!" Sarada memukul hancur tanah tempat pasukan itu berpijak hingga mereka terhempas


Related Posts:

NARUTO GAIDEN CHAPTER 8 - HAL YANG SEBENARNYA

Diruangan itu kini hanya ada Sarada dan Naruto. Sarada yang sangat emosi masih menangis. Sementara Naruto menatapnya dengan penuh keheranan.
‘KESEDIHAN ITU TERCERMIN DI MATANYA.’
“Sa-sarada kau!? Sharinganmu..?” Kata Naruto.
“!!” Sarada masih terdiam, dia teringat kata-kata Naruto saat itu.
**”Walaupun Sasuke tak pakai kacamata tapi kau sangat mirip dengannya! Terutama di bagian matamu. Mungkin akan lebih mirip jika kau juga punya Sharingan.”**
“Disaat yang seperti ini. Aku sama sekali tak ingin mirip dengannya.” Kata Sarada pada Naruto.
“Lalu, apa yang ingin kau lakukan?” Naruto bertanya.
“Tak ada yang perlu kita lakukan lagi Nanadaime. Aku akan melanjutkan perjalananku sendirian. Aku juga tidak berpikir akan kembali ke Konohagakure. Ya! Terimakasih untuk semuanya.”
Sarada mulai melangkah, namun Naruto meraih tangannya. Mencegah agar dia tak pergi.
“!!!!!....... APAA?” Bentak Sarada.
“Maaf! Tapi baru saja aku mendengarnya tadi. Tapi jika kau mengatakan tak ada lagi urusannya denganku… Tidak bisa aku biarkan.” Kata Naruto mantap.
“Kau juga mendengarnya kan? Jadi seharusnya kau juga tahu. Memang kebenarannya begitu kan? Tidak ada hubungannya denganmu!”
“Seperti yang selalu aku katakan pada Boruto. Bagi Hokage seluruh warga desa adalah keluarga. Generasi sebelumnya, seperti sandaime juga mengatakannya.” Bayangan Sandaime Hokage – Hiruzen terbersit di pikiran Naruto.
“Lalu kenapa? Itu hanya kepura-puraan saja!”
“……..” Naruto terlihat prihatin.
“Papa tidak pernah berada di desa, papa juga tak mengakui puteri kandungnya sendiri. Lupa wajah puteri kandungnya. Selama ini mama juga terus berbohong padaku. Dan terlebih lagi….” Sarada tertunduk. “Bahkan.. Kami tak memiliki hubungan darah.” Lanjut Sarada. Auranya terlihat sangat suram.
“……..”
“Aku hanya.. Aku sekarang mengerti kalau aku sebenarnya tidak mempunyai keluarga yang asli. Lagipula kau bukanlah aku Nanadaime. Kebenarannya sudah sangat jelas kan? ……… Jadi sebaiknya kau tak usah menduga-duga isi hatiku! Kau.. Kau! Bukanlah keluargaku.” Kata Sarada lagi.
Naruto tetap tak mengijinkan Sarada pergi. Dia sekarang tengah memegang erat lengan Sarada.
“………??!” Sarada terlihat semakin kesal.
Naruto terdiam ingatannya terputar kembali pada masa lalunya.
**// Flash Back
Latar menunjukkan Naruto kecil sedang duduk di ayunan seorang diri, diselimuti oleh kesepian. Tanpa satupun orang yang menganggap keberadaannya. Sementara di sisi lain, sekerumunan orang sedang bergerumbul. “YAY… YAY.”
“Gagal!” Kata Iruka. Wajah Naruto terlihat serius.
Latar kemudian berpindah lagi, disebuah atap bangunan. Kali ini Naruto sedang berada di atas atap, bersama seorang pria.
“Guru Iruka adalah orang yang serius, kedua orang tuaku sudah meninggal. Jadi aku harus melakukan semuanya sendirian. Sehingga aku ingin tahu.. kenapa sih harus selalu aku?"
"Aku tak berpikir kalau kami ini benar-benar mirip. Tapi kenyataannya, dia ingin kau menjadi lebih kuat selagi kau mampu. Kau juga harus tahu alasannya guru Iruka. Terutama karena kau tak punya orang tua.” Naruto terlihat murung.
Latar berubah.
“HENTIKAN!!” Teriak Iruka.
“Bisa dikatakan kau yang telah membunuh orang tua Iruka. Kau adalah Kyuubi yang menghancurkan desa ini. Hokage yang sangat kau kagumi telah menyegel monster itu di dalam dirimu. Kau telah dipermainkan oleh desa ini sepanjang hayatmu.” Teriak Mizuki.
Iruka berkata.. “Sekarang kau bukanlah monster rubah lagi. Yang ada di desa Konoha saat ini adalah Naruto Uzumaki.” Kata-kata ini sukses membuat Naruto menangis haru, menangis sejadi-jadinya.
“Selamat ya? Kau lulus!!” Kata Iruka dengan senyuman di wajahnya. Naruto terpaku, bingung. Perasaannya terlalu sulit untuk digambarkan.
Latar berpindah lagi ke lembah akhir, dimana Naruto kecil dan Sasuke kecil bertarung untuk mencegah kepergian Sasuke dari Konoha.
“Dari awal kau sudah hidup sendirian, apa yang kau tahu soal aku hah?” Sasuke berteriak. Mereka lantas saling dorong.
“Ya! Aku mungkin saja tak mengetahui apapun soal orang tua dan saudara kandung yang sebenarnya. Tapi ketika aku bersama dengan guru iruka.. aku dapat merasakannya kok. Aku seperti mendapatkan seorang ayah! Semacam itulah rasanya.” Terbayang saat Naruto di traktir ramen oleh Iruka.
“Saat aku bersamamu, aku merasa seperti mendapatkan saudara laki-laki. Aku akhirnya mendapatkan sebuah ikatan.”
**// Flash Back End
“Bukannya ikatan antara kau, ayah dan ibumu juga seperti itu?”
“??!” Sarada masih diam.
“Adakah hal yang lebih kuat daripada itu?” Tanya Naruto.
“Sudah! Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?” Bentak Sarada.
“Perasaan dan pikiran semacam ini. Itulah yang kau butuhkan.” Kata Naruto.
“………..?!!”
“Itu saja! Hanya.. sekali lagi cobalah kau pastikan sendiri.” Kata Naruto
Sarada menunduk, ingatan-ingatannya datang padanya. Ingatan masa kecilnya. Saat dia sedang belajar berjalan, ingatan soal foto keluarganya.
“Hey! dimana papaku ma?”
“Dia sedang menjalankan misi penting, jika misinya selesai dia pasti akan pulang kok!” Jawab Sakura.
Ingatan yang lain adalah saat Sarada sakit, Sakura senantiasa menjaga dan menemaninya, sampai tertidur di dekat ranjang Sarada.
**
Sarada bertanya pada mamanya lagi.
“Mama, kapan papa akan pulang?”
“Misinya benar-benar sulit, jadi mungkin sebentar lagi ya!”
“Apa papa tidak peduli padamu ma?”
“Huh, tentu saja dia peduli kok.”
“Tapi kenapa dia tidak cepat pulang menengok kita?”
“Sarada.. Kau dan aku ini sangat penting bagi papa. Itulah sebabnya dia belum bisa pulang sekarang. Kau mungkin saja tak mengerti sekarang, tapi…. Suatu hari nanti kau tentu akan mengerti.” Sakura jongkok di depan anaknya. Berbicara dengan lembut.
Sarada yang kecewa karena papanya tak pulang-pulang kemudian mulai menangis. Sakura memeluknya.
“Jangan erat-erat mama.” Katanya.
“M-maaf! Hanya saja tadi wajahmu terlihat sangat imut. Jadi aku tak bisa menahan diri.” Sakura melepaskan pelukannya. Tak disangka wajah Sarada jadi sumringah, dia kemudian mengusap air matanya.
“Mama, pernahkan kau mencium papa?”
“Haaah?” Sakura terkejut, wajahnya terlihat malu. Dia memikirkan jawaban, kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya. “HEHEHHEHE.” Sakura kemudian tertawa.
“Ada.. Ada apa ma?”
“Tidak apa-apa. Mama hanya teringat sesuatu yang lebih baik daripada itu.”
“Mama Jorok!” Sarada terlihat kikuk.
“Eh.. Bukan.. Bukan begitu.” Sakura jadi salah tingkah.
“Lalu apa ada hal lain yang lebih baik daripada ciuman?” Sarada nampak sangat antusias.
‘TAP’
“??”
Sakura menyentil kening Sarada.
“Mama beri tahu lain waktu saja ya!”
“Lho.. kenapa tiba-tiba begitu?”
“Kau akan mengerti jika kau bertemu papamu nanti.” Jawab Sakura, dia tersenyum pada anaknya.
**
Sarada sedang memakan bentonya, dia meraba kembali keningnya yang tadi disentil oleh Sakura.
*
Lamunan masa lalu itu membuat Sarada semakin menangis, sekarangpun, di depan Naruto.. Dia sedang memegang keningnya.
“Mama…!!” Masih terus menangis. “Hikz.. Hikz..” Air matanya terus menetes. “Aku rasa aku akan menolong mama.”
“.. Aku tahu.” Kata Naruto.
“Tapi.. bagaimana bisa aku mengembalikan semua yang sudah terjadi?” Tanya Sarada.
Naruto kemudian memegang Sarada dengan mantap.
“Hal yang sebenarnya.. Hal yang palsu. Semua itu tidaklah masalah jika kau ingin menolong. Karena sebenarnya itulah hal yang asli.” Sarada tercengang.
“Ayo kita tolong ibumu.” Kata Naruto.
“Hah? Iya!” Jawab Sarada.
****
“Kalian dari mana saja?” Teriak Sasuke.
“Pasti kalian kesasar kan? Tempat ini memang rumit sih.”
“Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu setelah ini.” Kata Naruto pada Sasuke.
“Soal apa?”
“Nanti saja! Pertama-tama kita harus menyelamatkan Sakura-chan dulu.”
“Dia mungkin saja sudah mati sekarang.” Kata Orochimaru.
“Isteriku bukan wanita lemah, mungkin saja saat kita tiba disana nanti.. dia sudah membereskan semuanya.” Kata Sasuke dengan optimis.
“..” Sarada terlihat senang dengan pernyataan ayahnya.
“Aku tahu lokasinya, jadi kalian ikutlah denganku.”
Mata sasuke yang tadinya hanya sharingan dan rinnegan biasa sekarang sudah berubah menjadi mangekyou sharingan dan rinnegan bertomoe. “Akhirnya.. kekuatan mataku kembali!”
“Jadi kekuatan matamu baru saja melemah? Katakan yang jelas donk!” Protes Naruto.
“Aku mencari mereka melalui dimensi Kaguya. Jadi.. menguras banyak chakra.”
Perlahan-lahan muncul sebuah aura dari tubuh Sasuke. Sebuah Susanno’o. Tepatnya kepala Susanno’o muncul.
“Kau tak berhak menggerutu padaku seperti itu.”
“!!??” Chouchou tidak paham.
“Memangnya pertempuran yang tadi itu apa? Jangan buat anak-anak ini kecewa donk.” Kata Orochimaru.
“Sial! Aku tak mau diberitahu olehmu. Terutama soal membuat anak-anak kecewa.” Naruto ngambeg.
“Sarada, ayahmu itu sebenarnya siapa?” Choucho tercengang.
“Mungkin dia bukan yang terkuat.. Tapi dia jelas-jelas mengagumkan.” Jawab Sarada.
Latar berpindah ke markas musuh, sebuah organ dalam (menyerupai lever) tergeletak berlumuran darah. Shin (botak) tampaknya sudah selesai dioperasi.
“Tujuanku adalah… Menghabisi orang-orang pecinta damai sepertimu. Serta semua orang yang mencoba menghalangi jalanku.” Katanya. Dia mulai bangun. Seperti biasanya, kepala dan seluruh lengannya penuh dengan bola mata sharingan, dengan satu lengan yang buntung. “Dan aku adalah.. salah satu diantara mereka.”
Sakura berdiri, dua bunshin shin terlihat sedang menodongkan senjata pada Sakura dari arah kiri dan kanannya. Sakura geram, mengepal tinjunya di depan dada.
“Memangnya kau ini siapa? Seenaknya saja mau cari tahu soal suamiku. Aku hanya mengulur waktu dengan pura-pura mendengarkan ceritamu. Kau tahu?”
‘TINJU ISTERI YANG SEDANG KESAL AKAN SEGERA DILEPASKAN.’

Related Posts:

NARUTO GAIDEN CHAPTER 7 - BUDAK GENETIK


Sakura sekarang berada di markas musuh, dia dihadapkan pada kenyataan yang menyedihkan. Latar tak jauh berbeda dengan chapter kemarin. Shin botak dan Shin kecil sama-sama terebah di pembaringan dalam keadaan yang siap untuk dioperasi.
Organ tubuh shin kecil (mirip lever) berada di atas pembaringan mereka. Sementara, dengan jelas diperlihatkan pada robekan sekitar perut si botak, organ dalamnya yang masih berdenyut.
‘Deg.. Deg’
Jantung si botak dan organ dalamnya ditancapi beberapa alat. Organ itu masih berfungsi dan berlumuran darah.
“Jangan salah sangka. Bocah disebelahku ini hanya bunshinku. Dia memiliki DNA yang sama denganku. Ini hanyalah cadangan. Cepatlah mulai!” Kata si botak.
“!!” Sakura terlihat kaget, diperlihatkan pula wajah shin-shin kecil yang lainnya, menatap serius.
“Kau memperlakukan bunshinmu seperti ini? Kau memang bukan Orochimaru. Tapi bisa-bisanya kau!” Keluh Sakura.
“Ya! Kau benar, dia adalah guruku.”
“Tepatnya, aku ini adalah eksperimen lama Orochimaru, untuk menciptakan teknik bunshin khusus.”
“Benar-benar ular, tak berperasaan!” Kata Sakura.
“Bocah-bocah ini di buat dengan cara mencangkok gigi dan uratku. Bisa dibilang mereka ada disini untuk kepentinganku, untuk aku gunakan demi keperluan tubuhku! Tidak lebih dari itu.”
Ekspresi wajah sakura berubah lebih serius bercampur kesal, dia semakin terkejut dengan pernyataan pria botak itu.
Latar kembali ke tempat Sasuke, Naruto, Sarada dan Chouchou.
Naruto yang tadi memejamkan matanya sekarang sudah membuka matanya kembali. Berada dalam mode sennin, mencoba mendeteksi keberadaan Sakura dan musuh-musuh tadi.
“Kelihatannya buruk! Mereka mungkin pergi ke suatu tempat yang sangat jauh, atau sedang tersembunyi dalam kekkei pelindung.” Kata Sasuke, Naruto gagal mendeteksi mereka.
“Chakra sakura-chan juga tak bisa di deteksi.” Ucap Naruto.
Sarada terlihat murung.
“Aku tau.” Ujar Sasuke.
“Kakashi-sensei bilang sih mereka ada kaitannya dengan Orochimaru.” Jawab Naruto.
“Aku kira juga begitu. Karena ada sharingan yang tertanam di lengan kirinya dan bagian lain tubuhnya. Hal ini sama dengan saat aku melawan danzo, di lengan kanan danzo banyak tertanam sharingan. Yang menciptakan tangan kanan Danzo itu adalah orochimaru.”
“Kalau kita ingin menemukan Sakura aku kira lebih baik kalau kita pergi ke persembunyian orochimaru.” Naruto memberi saran.
Sasuke menjawab, “ Ku pikir kau benar, tapi bagaimana dengan anak-anak ini?”
“Tapi orang itu juga mengincar Sarada, barangkali karena mereka sudah tahu kalau dia anakmu, dia tidak boleh dijadikan sandera juga. Jadi kupikir kalau mereka lebih aman jika bersama dengan kita.”
Sarada semakin sedih.
‘MAMA’ batinnya.
‘Thus’
Chouchou yang sedari tadi diam menyodorkan makanan ringan pada Sasuke, Sasuke terlihat bingung dengan tingkah Chouchou. Dia kemudian bicara.
“Aku benci suasana yang berat seperti ini. Menjadi ‘Berat’ dalam kondisi yang sesungguhnya saja sudah susah. Ayolah gadis berkacamata! Kau pasti bisa melakukannya.Tinggal ada rasa garam saja, tapi kalau dengan ini semuanya belum juga menjadi lebih baik aku tidak tahu harus bagaimana lagi.”
Sasuke terdiam, Sarada menjadi semakin cemas dan sedih.
Latar kembali beralih ke markas musuh. Bunshin si botak itu semakin mengenaskan, Si botak kemudian berkata pada Sakura.
“Kau tidak perlu sedih. Mahluk hidup pada akhirnya juga akan mati kok.”
“Apa maksudmu?”
“Gen-gen atau bisa disebut juga sel reproduksi. Inilah yang kita sebut “anak-anak” inilah caraku terus bertahan hidup dalam keabadian. Selain itu sel yang tidak bereproduksi akan mati setelah periode yang ditentukan. Dengan kata lain manusia bisa menipu kematian dengan mereproduksi dan menggandakannya. Sel yang sudah dipakai dan terbuang dikorbankan bahkan walaupun mereka masih hidup. Jadi dalam hal ini kematian yang sesungguhnya bagi mereka adalah ketika mereka sudah digunakan atau terbuang jasadnya. Ini memang keadaan yang tak bisa dihindari. “
“Walaupun begitu yang seharusnya kau fokuskan bukan pada gen melainkan pada jasadnya. Pikiran dan persepsi hidup ada dan tinggal di dalam mereka. Hubungan antara orang tua dan anak itu bukan hanya pada penurunan Gen tapi lebih dari itu semua!” Teriak Sakura.
“Anak terbentuk dari percampuran gen kedua orang tuanya. Menciptakan keturuanan yang kuat tak lebih dari sebuah naluri. Hanya gen yang paling bagus saja yang dipilih untuk terus hidup, itulah esensi kehidupan sendiri. Itulah evolusi manusia, dan ketika kita berevolusi kita akan menjadi lebih dan lebih efisien. Teknik bunshin ini adalah bagian dari semua itu. Itu adalah kebenaran Ninja kan? Turun dan terseret ke dalam medan pertempuran, kekuatan dan skill ninjutsu yang baru akan segera tercipta dengan cepat. Hanya ninja-ninja terkuat saja yang bisa dipilih. Perang diperlukan untuk evolusi manusia, itulah tujuan adanya akatsuki.” Jelas shin botak.
“Kau bahkan lebih bodoh dari Orochimaru! Apa yang sebenarnya kau pikirkan soal manusia? Kau benar-benar tak tahu seberapa pentingnya menjadi orang tua!” Teriak sakura lagi.
Latar kembali berpindah. Seperti sebuah gua persembunyian. Seorang pria yang sosoknya diperlihatkan dari belakang mulai berucap.
“Cukup! Hentikan! Aku tidak mau dipanggil ‘ketua’ oleh Hokage.”
Ternyata orang tersebut adalah Yamato, wajahnya sedikit berubah lebih dewasa. Ditempat itu, Naruto dan rombongannya tadi sudah bergabung dengan Yamato.
‘Orang ini bukan ayahku’ Batin Chouchou.
“Tidak! Bagiku.. kau tetaplah ketua Yamato!” Kata Naruto yang berada di belakang Yamato.
“Aku sudah banyak mendengar cerita dari pendahulumu. Maaf ya! Aku tak bisa meninggalkan lokasi ini.” Imbuh Yamato.
“Jika terjadi sesuatu.. aku akan mengikuti jejak orochimaru. Kalian mengerti?”
“Ya! Aku tau!”
“Kali ini kau bersama dengan sasuke, jadi aku rasa akan lebih mudah dari pada waktu sebelumnya.”
“Baiklah, ayo kita menyusup! Aku tau bagian dalam tempat ini kok.”
Mereka mulai menyelinap masuk, di dalam sebuah terowongan.
“Lewat sini!” Kata Sasuke.
“Hei Sasuke. Tempat ini tidak sama dengan toko langgananmu. Waspadalah sedikit-dattebayo!”
Sasuke dan semuanya terus masuk, tak lama kemudian mereka di hadang oleh Juugo dan Suigetsu.
“Yah. Kita ketahuan.” Kata Naruto.
“Lama tak bertemu ya Sasuke!” Ujar Suigetsu, “ Ini bukan tempat yang sesuai untuk dipakai jalan-jalan bersama anak-anak kau tahu?!” Lanjutnya.
“Hokage ya? Huuh!” Kata Juugo.
Melihat mereka, Sarada langsung teringat pada foto yang pernah dia temukan. Ya! Mereka adalah Team Taka. ‘seperti orang-orang yang ada di foto’ Batinnya.
“Antarkan kami ke persembunyian Orochimaru.” Kata sasuke dingin.
“Ku rasa itu tak perlu.” Kata naruto.
“Oh astaga! Aku tak percaya kau mau berkunjung kesini lagi Sasuke.”
“Haah? Bagaimana bisa kau terlihat muda begini orochimaru.”
“Kau harusnya sudah tau aku kan? Tidak perlu membicarakan hal yang tak penting!”
“Baiklah kalau begitu.”
“Orochimaru.. jadi ini ya orangnya?” kata Sarada.
“Hey! Siapa anak-anak ini?” Tanya Orochi.
‘Kalau.. kalau orang ini adalah orang tuaku. Dia ini harus jadi ayahku atau ibuku? Yang mana enaknya sarada?” Kata chouchou dengan ekpresi aneh di wajahnya.
“Apa?” Sarada bingung.
“Anak buahmu mencoba membunuh anakku dan membahayakan isteriku. Jika kau memang sedang merencanakan sesuatu sebaiknya kau katakan saja sekarang!”
Orochimaru sedikit bingung, kemudian dia berkata.
“Ikuti aku!”
Mengesankan, ini adalah ruang eksperimen orochimaru. Salah satunya ada tabung, di dalamnya terdapat bocah seperti Shin kecil.
“Itu adalah kemampuan Shin, dia hanya tertarik pada Itachi dan bukan seorang anggota klan uchiha. Tapi dia meninggalkanku, dia hanya salah satu percobaan lamaku, seperti yang bisa kalian perkirakan, lengan kanan danzou berasal dari dia. Anak ini benar-benar istimewa, tubuhnya unik dan tidak menolak transplantasi. Jadi aku menginginkan lebih banyak lagi tubuh seperti miliknya, aku mengulang-ngulang teknik bunshin dengan menggunakan tubuh anak ini. Sampai kami bisa menemukan misteri genetika.”
“Bunshin?” Sahut Naruto.
“ini lebih bagus daripada kage bunshin milikmu. Semua bunshin itu adalah asli. Bisa disebut bunshin yang tidak dapat hilang.”
“Aku tak paham, katamu mereka adalah bunshin yang tak bisa hilang, tapi kalau di bunuh apa yang akan terjadi?” Tanya naruto.
“Klon-klon ini akan terlahir dengan sendirinya, bisa dibilang mereka itu seperti anak kembar, masing-masing memiliki kepribadian sendiri dan pemikirannya sendiri. Butuh waktu untuk tumbuh, tetapi gen-gen ini mirip dengan ayah dan anak atau bahkan saudara kandung. Kalau kalian ingin membunuh mereka tak ada pilihan lain kecuali membunuh mereka semua, sekaligus.” Jelas orochimaru.
“….!! Tidak bisa semudah itu karena ini berhubungan dengan manusia kau tahu!” Bantah Naruto. “ Apa kau pikir tidak masalah setelah melakukan eksperimen semacam ini?”
“Sebenarnya manusia itu sederhana. Orang-orang adalah budak dari gen mereka sendiri, individu dan semua yang terhubung dengan itu bisa kita buktikan.” Tambah orochimaru.
“Bagaimana jika bukan bunshin? Bagaimana kalau anak dan orang tua kandung?” Ucap sarada, sasuke sedikit bingung dengan pernyataan anaknya.
“Ya! Apa kau ingin membuktikannya?” Tanya orochimaru.
“Jangan Sarada! Bahkan kita saja tidak tahu apa jenis kelamin orang ini. Jujur saja, orang ini benar-benar menyeramkan.” Bisik Chouchou.
“Bukan waktunya untuk basa-basi. Jika kau tahu beri tahu kami persembunyian Shin.”
“Baiklah! Kalau konoha ingin menangkap shin yang merepotkan itu, sepertinya aku juga akan terbantu.” Kata orochimaru.
“Aku akan menceritakan detailnya, jadi ayo kita pergi ke ruang monitor. Kau tak akan berubah pikiran lagi karena aku kan?”
Saat itu ekspresi wajah sarada benar-benar serius. Dia berjalan paling belakang dan kemudian tanpa sengaja mencolek suigetsu, menunjukkan foto tim taka pada suigetsu dan bertanya.
“Wanita ini ada diruangan yang mana?”
“Ah.. Karin tidak ada disini. Dia ada dipersembunyian yang lain.” Jawab suigetsu.
“Begitu ya?” Sarada Kecewa, “Kalau begitu bisakah aku minta bantuanmu?”
Naruto yang ada di belakang Juugo merasakan firasat aneh.
Latar berpindah lagi, suigetsu dan Sarada kini ada disebuah ruangan yang berbeda.
“APAAA?” Suigetsu terkejut. “Apa maksudmu? Jadi Sasuke sebrengsek itu?”
“Hanya perasaanku saja, makanya aku ingin tahu siapa ibuku yang asli. Aku ingin kau membantuku.” Sarada memohon. Suigetsu mulai berpikir dan membayangkan Sasuke sedang berduaan dengan Karin.
‘Err.. Aku kira Karin…….!’ Batin suigetsu.
“Kau bisa membantuku mencari semua keterkaitan ini kan?” Pinta Sarada lagi.
“Baiklah, aku kira bisa sih.” Suigetsu terlihat malas.
“Aneh, aku rasa harusnya ada di sekitar sini.” Suigetsu sepertinya sedang mencari sesuatu di sebuah laci.
Suigetsu kemudian teringat kata-kata Karin.
**"Meja ini adalah privasiku, jadi tak ada seorangpun yang boleh menyentuhnya Suigetsu!” Karin menegaskan.**
“Ah! Ini dia. Aku tau kalau ini adalah DNAnya Karin. Tapi kok…..” Suigetsu terlihat ragu.
“Alat pencocok DNA ini akan melihat kecocokan DNA kalian, melihat hubungan kalian.”
Sarada mengikuti intruksi suigetsu, dia mencoba alat itu, melihat kecocokan DNAnya dengan Karin, masih dalam proses…………. Proses analisa, Sarada sampai gugup.
“SESUAI"
Mengejutkan bukan?
“Yah! Memang sepertinya Karin adalah ibumu.” Kata Suigetsu.
Naruto yang mengawasi dari balik dinding menunjukkan Raut muka kesal. Sarada menangis mendengarkan kenyataan itu, dia begitu kecewa, sangat kecewa.
‘Perasaanmu dan ayahmu terhubung melalui sebuah ikatan, kau tidak usah khawatir.’ Kalimat itu terngiang kembali ke pikirannya, kalimat yang pernah dikatakan Sakura padanya.
“Kacamatamu juga mirip lho.” Timpal suigetsu.
“Baiklah, sebaiknya aku pergi saja.” Kata sarada.
Sarada terus menangis.
“Apa aku sudah melakukan hal yang buruk ya? Huh!” Keluh Suigetsu. Naruto yang ada disampingnya langsung angkat bicara.
“Kalian tim Taka memang selalu ikut campur urusan orang lain, bodoh!-dattebayo!”
Suigetsu dan Naruto akhirnya adu mulut.
“Yang salah itu Sasuke! Harusnya kau tahu itu!”
“Mana aku tahu? Dasar sasuke brengsek!”
“Aku serahkan sisanya padamu.. daa~”
“Oi suigetsu! Tunggu!” Teriak Naruto.
Sarada tenggelam dalam putus asa yang berat, bagaimana reaksinya selanjutnya? Dia hanya tertunduk dan menangis, Naruto mencoba bicara padanya.
“Hei Sarada, kita sudah akan pergi sebentar lagi.”
“Aku rasa auramu mirip dengan Sakura.” Kalimat yang pernah diucapkan Naruto membayangi kembali benak sarada. Membayanginya dalam keputusasaannya yang sekarang.
“Bohong!”
“Huh?”
“NANADAIME PEMBOHONG!” Teriak Sarada. “ Kenapa aku harus menolong orang yang bukan ibuku? Bahkan orang yang tak punya hubungan apa-apa denganku! Aku sudah diam cukup lama. Tapi sekarang aku sudah tahu!” Sarada masih terus berteriak, tomoe di matanya kembali muncul.
‘KEBENARAN MEMANG KEJAM.’


Related Posts:

NARUTO GAIDEN CHAPTER 6 - PERUBAHAN YANG BELUM SEMPURNA


Sebelumnya, Sarada berhasil bertemu sang Ayah dan mengeluarkan semua perasaan yang ia pendam selama ini tentang sosok yang sangat ia ingin temui itu, namun jawaban Sasuke tidak membuatnya puas.
Ia kesal hingga akhirnya Naruto menenangkannya. Di tempat lain Pemimpin Akatsuki yang baru bersama Uchiha Shin tiba di tempat pertemuan Naruto dan Sasuke, mereka langsung menyerang. Duel pun tak terelakkan!
Sasuke turun untuk menghadapi musuh barunya itu, ia memberikan perlindungan untuk Naruto dan Sarada dibelakangnya.
Musuh yang datang dari atas semakin dekat, duel sesama pengguna Sharingan ini terjadi. Sasuke dengan katana yang ia pegang ikut melompat, melemparkan beberapa benda mirip shuriken ke arah musuhnya.
"Papa!!" teriak Sarada.
Tapi serangan Sasuke dengan mudah dihentikan oleh pemimpin Akatsuki yang baru itu, ia memblok serangan Sasuke dengan melemparkan benda yang hampir sama.
Kini mereka semakin dekat di udara, pemimpin Akatsuki itu menjulurkan tangan kirinya untuk mengenai Sasuke, di telapak tangan kirinya itu ternyata terdapa Sharingan tranplanyasi juga.
Melihat itu Sasuke langsung menghunuskan katana miliknya. Lagi, serangan Sasuke berhasil dihentikan, katana yang Sasuke hunuskan ditangkap dengan begitu mudah oleh musuhnya dengan tangan kosong.
Naruto hanya melihat dari bawah, ia dengan chakra Kurama melindungi Sarada.
Kembali ke duel Sasuke. Sang musuh, pemimpin Akatsuki yang baru itu tersenyum mampu menghentikan serangan Sasuke, pergerakan Sasuke pun sedikit terhenti karena serangannya sudah digagalkan.
Uchiha Shin, orang yang mengaku anak dari pemimpin Akatsuki itu muncul dari belakan untuk ikut membantu menyerang Sasuke. Sebuah benda mirip kunai dengan ukuran besar ia arahkan pada Sasuke, musuh yang berjumlah dua orang itu bekerja sama.
Sasuke tak tinggal diam. Sebuah mata kiri yang selama ini dia tutupi dengan rambutnya terbuka. Rinnegan, ya Rinnegan. Entah apa yang terjadi dengan kekuatan Sasuke itu, Sasuke berhasil menghindar dari serangan Uchiha Shin, lebih tepatnya bukan menghindar, Sasuke seperti menghilang dan dengan cepat lalu muncul di belakang dua musuhnya itu, dia melepaskan katananya.
Sasuke yang kini berada di belakang musuh mengeluarkan sebuah jutsu. "Katon: Goukakyou no Jutsu!!". Sebuah jutsu elemen api sederhana khas klan Uchiha ia kirimkan kearah musuh.
"Kita lihat kekuatan apa yang mereka punya." pikir Sasuke dalam hati.
Musuh yang sadar di serang Sasuke bukan menghindar, sang pemimpin Akatsuki malah mengorbankan anaknya Uchiha Shin dengan melemparkannya ke belakangnya, alhasil dengan begitu ia pun terkena serangan Sasuke hingga tubuhnya terbakar, berkat tameng manusia itu sang pemimpin Akatsuki selamat.
"Apa dia sudah memperhitungkannya?" pikir Naruto dibawah mengamati pertarungan sahabatnya itu.
Serangan Katon Sasuke itu membuat dua musuhnya tersungkur jatuh ke tanah, katana yang sebelumnya dipegang oleh musuh terlepas dan berhasil Sasuke dapatkan kembali.
"Begitu ya, jadi itu kekuatan mata milikmu, Sasuke Uchiha." ucap musuh yang perlahan mencoba bangkit, sedangnkan musuh satunya Uchiha Shin, terkapar karena terbakar oleh serangan Sasuke.
Sasuke kembali ke posisi awalnya. Sarada yang daritadi diperlihatkan oleh aksi Ayahnya berucap. "Ayahku... Ayahku menakjubkan." ucapnya. "Kau masih belum melihat apa-apa." ucap Naruto pada Sarada disampingnya.
Di seberang sana, dimana musuh yang kini telah bangkit. "Kami harus gunakan bakat sepertimu untuk membentuk Akatsuki kembali." ucap pemimpin Akatsuki itu.
"Apa kau salah satu anggota Akatsuki yang selamat?" tanya Naruto. Kata-kata yang keluar dari mulut Naruto itu ditanggapi Sasuke, "Biar aku saja yang bicara." ucap Sasuke.
"Aku... Aku adalah Uchiha Shin!" ucap pemimpin Akatsuki baru itu.
Mendengar ucapan musuh itu, Sarada teringat sesuatu dalam perjalan menemui Ayahnya sebelumnya. "Uchiha Shin, Ayah menyuruhku untuk membawamu kepadanya." ucap musuh yang menghadangnya waktu itu.
"Tapi kalau begitu, namanya sama dengan dia." ucap Sarada dengan ekspresi bingung.
"Pastikan itu nanti kalau kita sidah membawa mereka untuk ditanyai, jadi diamlah." ucap Sasuke.
Sementara Naruto yang mendengarkan ucapan Sarada langsung bertanya, "Kok bisa bilang begitu?" tanya Naruto. "Anak itu sebelumya mengaku kalau orang itu Ayahnya!" jawab Sarada.
Di tempat Chochou, tepat di pintu ruang pertemuan, ia ternyata juga mengamati pertarungan Ayah Sarada dengan lawannya. Sambil memakan sebungkus snack ia berpikir, "Ah... andai saja Ayahku punya kekuatan yang bisa membuat gadis terpukau seperti Sarada." pikirnya dengan santai.
Kembali ke pertarungan, tepatnya di tempat dua lawan Sasuke, kini sang anak dari pemimpin Akatsuki yang sebelumnya terbakar oleh serangan Sasuke sedikit bergerak, ia belum mati.
"Kalau memang benar, pria itu menggunakan anaknya sendiri sebagai tameng manusia." pikir Naruto.
"Naruto, amankan anak-anak ini!" perintah Sasuke melihat dua lawannya telah bangkit.
"Baiklah, kalau begitu jangan lengah." ucap Naruto menuruti perintah Sasuke, namun didalam hatinya, "Lalu aku akan membuat celah." pikir Naruto.
Sang lawan telah siap, ia menatap kearah Naruto dan Sasuke dengan mata kanan Sharingan hasil transplantasinya.
Tiba-tiba, mengejutkan! Katana yang Sasuke pegang bergerak sendiri mundur kebelakang dimana ada Naruto disana, dengan begitu, Naruto pun tertusuk telak di bagian perut oleh katana milik Sasuke.
"A..Apa?!"
"Nanadaime?!!" Sasuke kaget sambil melihat kearah Naruto, begitu juga Sarada yang ada di dekatnya.
"Inilah kekuatan mataku, bagaimana menurutmu? Aku lawan yang cukup pantas untukmu kan?" ucap musuh diseberang sana, ternyata ia yang melakukan hal tersebut.
"Jangan khawatir Sarada... Aku tidak apa-apa..." ucap Naruto, walau mengatakan tidak apa-apa, ia cukup kesakitan.
"Ugh.. itu dia... orang ini bisa menggunakan matanya untuk menggerakkan senjata dengan leluasa." ucap Naruto.
Sasuke pun menganalisa kekuatan lawannya itu, ia teringat saat lawannya memegang katana yang ia hunuskan saat pertarungan di udara tadi, "Saat itu... ah.. mereka pasti sudah menandai katanaku!" pikirnya.
Chakra Kurama yang menyelimuti Naruto dan Sarada sebagai perlindungan mulai memudar, senjata seperti pisau yang tertancap di chakra Kurama milik musuh saat serangan di awal-awal tadi bergerak dikendalikan lawan dengan kekuatan Mangekyo diseberang sana.
Senjata itupun benar-benar berhasil menembus pertahan Naruto, senjata-senjata itu mengarah ke Sarada.
Melihat anaknya terancam, dengan cepat Sasuke bertindak, ia bergerak kearah Sarada, melindungi anaknya itu dari ancaman serangan lawan, sehingga ia pun tertusuk senjata-senjata itu.
"Aghhh!!!" Sasuke kesakitan.
"Papa!!" teriak Sarada melihat Ayahnya terkena serangan lawan.
"Kedamaian berarti akhir dari evolusi umat manusia, begitulah kalian semua." ucap pemimpin Akatsuki baru itu. "Spesies yang tidak berevolusi lagi akhirya akan dihancurkan." lanjutnya.
Di sisi Sasuke, "Ugh.. Mereka menghentikan gerakanku..." senjata-senjata yang menancap di tubuh Sasuke perlahan-lahan masuk ke tubuh Sasuke lebih dalam.
--- Naruto Gaiden Chapter 6 Versi Teks By Dunia Naruto Indonesia ---
Sarada terdiam, tak bisa berbuat apa-apa karena sang Hokage serta Ayahnya terkena serang lawannya itu.
Namun tiba-tiba, dari sisi lawan yang ingin menyerang Sasuke dan Naruto, seseorang muncul dengan cepat. "Kau pikir apa yang sedang kau lakukan pada suami dan putriki kesayanganku, brengsek!!!" Suami, putri, kata-kata itu mudah kita simpulkan bahwa ia adalah Sakura. Ia telah sampai menuju tempat pertemuan Naruto dengan Sasuke. Bantuan telah datang.
Sakura memukul dengan keras pemimpin Akatsuki itu hingga tersungkur.
"Mama!!" ucap Sarada.
"Siapa orang-orang ini?!!" teriak Sakura bertanya.
"Padahal aku sedang dalam misi, apa yang kau lakukan disini?" ucap Sasuke.
"Aku juga disini, tahu!" ucap Naruto, ia memanjangkan lengan chakra Kurama miliknya, mengunci pergerakan musuh yang tersungkur oleh pukulan Sakura.
"Kau baik-baik saja Naruto?" tanya Sakura.
"Ya sebentar lagi aku akan baik-baik saja."
"Eh.. benarkah?" Sarada heran Hokage Ketujuh pulih dengan cepat.
Lengan Kurama Naruto juga mengunci pergerakan anak dari pemimpin Akatsuki itu, Uchiha Shin.
"Yang seperti ini takkan membunuhmu?! Jangan sombong dulu! Kemampuan bertarungmu saja sudah melunak!" ledek Kurama dalam tubuh Naruto.
"Tidak usah kau bilang!" jawab Naruto, sambil melepaskan katana milik Sasuke yang menusuknya.
"Maaf... tadinya Ibu memang bermaksud memberitahumu." ucap Sakura, ia berkata pada Sarada dengan ekspresi penyesalan.
Sarada tak berkata apa-apa mendengar permintaan maaf dari Ibunya.
"Tidak... Kalau dipikir, bagaimanapun, ini semua salahku!" ucap Sasuke, ia juga melepaskan satu persatu senjata lawan yang menancap di tubuhnya.
"Namun kita malah...."
DIsela-sela perbincangan Tim Tujuh, mini Juubi datang kedekat Sakura dan dua lawan Naruto Sasuke yang sebelumnya terkapar, "Kita ambil yang satu ini!" ucapnya, ia melakukan teknik mirip Kamui lagi, menyerap Sakura dan dua rekannya itu ke dalam teknik tersebut.
"Mama!!"
"Jutsu ruang dan waktu?!" ucap Sasuke,
"Trik tersembunyi mereka banyak juga." ucap Sakura yang tidak mampu berbuat apa-apa karena tindakan musuh begitu cepat. Sakura kini telah berpindah tempat, ia berada di sarang musuh dan kini dikelilingi 5 Uchiha Shin sambil menodongkan kunai besar kearah Sakura.
Di luar dugaan, pemimpin Akatsuki sekaligus Ayah dari Uchiha Shin yang telah berpindah bersama Sakura, mengarahkan sebuah senjatanya pada Uchiha Shin yang lemah akibat serangan katon Sasuke sebelumnya. Ia membunuhnya.
Di tempat Naruto dan Sasuke. "Aku tidak mau mengajak Sarada bicara jika dia sedang cemberut.. Apa sekarang dia sudah baikkan? Soalnya aku benci jika harus terlibat dalam situasi canggung seperti ini..." pikir Chochou yang masih berada di balik pintu ruang pertemuan.
"Dia bahkan bisa menggunakan jutsu ruang dan waktu..." ucap Sasuke, sementara anaknya, Sarada terlihat murung.
"Sial... kita tertipu! Padahal ini persis seperti perkataan Kurama, payah!" ucap kesal Naruto.
Kembali ke lokasi Sakura di tempat musuh. Ia meletakkan dua musuhnya yang terkapar, ia melakuan sesuatu pada dua lawannya itu.
"Transplantasi organ? Jika organ itu kuambil maka anak itu akan..."
"Kau ninja medis, huh? Tapi.. Ini semua juga terjadi akibat ulahmu!" ucap pemimpin Akatsuki pada Sakura, ia kini tak bisa apa-apa karena serangan Sakura tadi.
"Apanya?! Bukannya kau yang lebuh dulu ingin membunuh suami dan putriku?! Sekaligus temanku juga!" bantah Sakura.
"Lalu, kenapa kau masih tetap mengkhawatirkan anak itu?"

"Kau...." ucap Sakura begitu kesal.

Related Posts: