Sarada menghantam dan menghancurkan tanah tempat para
Shin berpijak. Dengan kekuatan yang begitu mengerikan, serangan itu mampu
menghempaskan para Shin. Keadaan benar-benar tak berpihak pada musuh. Para Shin
itu tak hanya harus berhadapan dengan kekuatan Sarada, namun juga sang Hokage,
Naruto. Ketika seorang Shin hendak menyerang Naruto dengan senjata ninja
besarnya, dengan sangat mudah Naruto menahan senjata itu, mencengkramnya hingga
retak sambil berkata, "Tenanglah.." "!!!" Dari sharingan
biasa, Shin mengubah matanya ke Mangekyou. Namun Naruto tak takut sama sekali,
ia balas menatap dengan mata Kyuubi, "Kurama.." Akhirnya malah Shin
yang ketakutan, tubuhnya gemetaran. Di hadapannya, seolah ada sosok monster
mengerikan yang sudah siap untuk mencabik-cabik tubuhnya.
hehehe
"Tak ada yang perlu ditakutkan.." ucap
Naruto. "Kalau kalian tak melakukan yang lebih buruk dari ini, kami juga
tak akan melakukannya." Para Shin terdiam. "Seperti biasa kau terlalu
lembut.." ucap Sasuke. "Lalu apa yang akan kau lakukan dengan
orang-orang ini?" "Yah, soal itu.. Konoha punya organisasi yang
mengurus anak- anak terlantar, aku akan bicara dengan pimpinannya nanti."
ucap Naruto. "Oi, orang-orang ini memiliki sharingan.. apa kau yakin ingin
mengurus anak-anak seperti mereka?" "Yah, bagaimanapun mereka cuma
anak-anak, mereka cuma butuh sedikit latihan.." ucap Naruto.
"Hebat kau Sarada!!" Chouchou melompat
meuju tempat sarada berdiri, di tengah-tengah reruntuhan. "Kelihatannya
semua keluargamu hebat-hebat!! Kekuatan yang luar biasa!!" Sarada hanya
terdiam, dan matanya masih di mode Sharingan. "Eh!? Sarada, matamu jadi
sama seperti mata ayahmu!!" "Yah..." ucap Sarada pelan. Dari
wajahnya, kelihatannya ia sendiri masih kaget dengan kekuatannya tadi.
"Sarada, apa kau baik-baik saja!?" Sakura
yang masih terluka berlari menuju Sarada. "Kau selalu saja membuat ibu
khawatir!!" ucapnya. "Maaf.." ucap Sarada. "Ibu senang
sekali kau baik-baik saja.." Sakura memeluk putrinya. "Terlalu erat,
bu.." ucap Sarada. "Ups! Maaf ya.." Sakura pun melepas
pelukannya. "Aku sudah mendengar banyak dari Shizune, shannarou.... kau
itu putriku, tak perlu diragukan lagi, putri yang bodoh tepatnya.."
"Ya, aku tahu.. sekarang aku mengerti.." ucap Sarada. "Kita
semua memiliki ingatan dan kenangan.. perasaan yang menghubungkan kita semua.."
Sarada ingat apa yang waktu itu dikatakan ibunya,
"Hati kita dengan papa saling terhubung.." "Papa!" Sarada
lalu melihat Sasuke, "Papa, apa kau juga berpikir kalau perasaan kita dan
ibu benar-benar saling terhubung?" "Ya.." ucap Sasuke. "Kenapa
kau bisa mengatakan itu?" "Karena kami sama-sama memilikimu...
Sarada." Sarada terharu, air mata hampir menetes dari matanya.
"Syukurlah kau senang, Sarada.." ucap Chouchou dalam hati. "Yah,
ayo sekarang kita pulang!!" ucap Naruto. Setelahnya, para Shin itu benar-
benar dibawa ke semacam panti asuhan. "Kami akan memberi masing- masing
dari mereka nama.." ucap pengurus panti. "Yah, tapi sepertinya kita
harus memberikan banyak sekali nama.." ucap pimpinan panti, Kabuto.
"Mulai saat ini kalian akan tinggal di sini, jadi itu artinya mulai sekarang
akulah ayah kalian. Namaku Kabuto, kalian tak usah malu-malu." Di dekat
gerbang Konoha, "Aah, padahal harusnya ini menjadi perjalanan untuk
mencari ayahku.." ucap Chouchou ke Sarada. "Tapi kita malah menemukan
ayahmu, yang selanjutnya giliranku ya, kau mau membantu, kan?" "Ah..
iya..." ucap Sarada. Lalu di dekat sana, terlihat Ino sedang
berbincang-bincang dengan seorang lelaki bertubuh kurus. "Sudah lama ya
tidak melaksanakan misi seperti ini.." ucap lelaki itu. "Maksudmu
sudah lama sejak terakhir kau memaksakan dirimu??" Chouchou langsung
berpikir, "Tidak salah lagi, pasti laki-laki itu!!" Chouchou pun
menghampirinya dan berkata, "Apa kau.. apa kau ayahku!?" "Eh?
Tentu saja, Chouchou, kau ini bicara apa, hah?" lelaki itu ternyata
Choucji. "Eeh!? Apa kau benar-benar ayah!?" Chouchou kaget.
"Yah, sudah lama sekali sejak kau menjadi seperti ini kan, Chouji, pantas
saja kalau dia tidak kenal.." ucap Ino. "Yah, kurasa memang
begitu.." ucap Chouji. "Yah, apa itu!? Apa itu semacam jurus rahasia
klan Akimichi!?" "Yah, semacam itulah.." "Kalau begitu
ajari aku!! Langsung mulai besok!!" pinta Chouchou. Melihat itu Sarada
tertawa.
"Eh?" Ino kaget saat melihat Naruto dan
Sakura yang datang bersama Sasuke. "Sasuke-kun!? Wah, lama ya tak
jumpa!!" "Choucji, Chouchou terus saja mencarimu.." ucap Naruto.
"Ah, aku sedang dalam misi.." ucap Chouji. Sarada langsung
menghalangi Ino yang mau dekat-dekat dengan ayahnya. "Hahaha.."
Sakura tertawa. Setelah itu, mereka pulang, dan malam harinya, untuk pertama
kalinya Sarada makan malam dengan kedua orang tuanya, lengkap. Namun tak lama,
Sasuke harus pergi lagi. Perpisahan tak bisa dihindari, Sarada dan Sakura
mengantar Sasuke sampai di pintu gerbang. "Kapan ayah akan kembali
lagi?" tanya Sarada dengan wajah sedih. Sasuke memeluknya.
"Ayah.." "Jangan memasang wajah seperti itu." ucap Sasuke,
kemudian menyentuh dahinya dengan dua jari, "Sampai jumpa lagi ya.."
Sarada pun tersenyum. "Oh iya, ini bekal makananmu.." Sakura memberi
Sasuke kotak makanan. "Ah, iya.." Sakura lalu menyodorkan wajahnya,
tapi Sasuke malah langsung balik badan dan pergi, "Sampai jumpa.. aku
pasti kembali." ucapnya. Dalam hati, Sakura, "Mau buat aku menunggu
terus ya...." Sasuke pergi dengan perasaan senang, sambil membawa kotak
makanan dengan lambang Uchiha. Kemudian, di kelas Akademi, Boruto menghampiri
Sarada dan berkata, "Makasih ya.." "Makasih untuk apa?"
"Kotak makanan itu, kau benar- benar memberikannya pada ayahku.."
ucap Boruto. "Yah, sebenarnya aku yang harus berterimakasih, berkat itu
tujuanku tercapai, makasih ya.." "Apa maksudmu?" Boruto bingung.
"Kalau harus jadi pengantar makanan ke seluruh penjuru desa pasti tak
bisa, karena itu aku sudah memutuskan untuk menjadi Hokage." ucap Sarada.
"Heh? Hokage... aneh..." ucap Boruto.
Kemudian, kembali ke persembunyian Orochimaru.
"Eh!? Mustahil!!" bentak Karin. Ya, Karin membentak Suigetsu.
"Justru aku yang membantu melahirkan Sarada!!" "Eh? Jadi yang
dipakai untuk tes DNA itu.." "Itu tes antara Sakura dan Sarada!!
Sakura terus mengejar Sasuke, dan kami pergi bersama-sama, lalu sarada lahir
waktu itu di markas persembunyian!!" "Yah, kau juga sih... Selalu
saja bilang, Sasuke, Sasuke.." "Bodoh, aku hanya ingin melihat Sasuke
senang, dan lagi ada yang disebut sebagai persahabatan antar perempuan.."
ucap Karin. "Oh, yah.. itu.. jadi kau sudah benar-benar berhenti mengejar-
ngejarnya, ya?" "Kau tak mengerti... hubungan itu ada banyak
bentuknya... dan lagi, kau Suigetsu... kau harus minta maaf pada Sarada!! Dan
kurasa kau harus memberinya kacamata baru, yang dulu pasti sudah
kekecilan.." Kembali ke Sarada, di rumahnya, saat ini ia sedang menatap
sebuah foto sambil tersenyum. Kali ini foto yang benar-benar asli, foto ia
bersama ayah dan ibuny