Di kelas akademi, dimana semua murid menerima pelajaran dari guru mereka, semua murid berkumpul dan duduk di tempatnya masing-masing. Disana tampak Boruto anak Naruto dan Hinata, Sarada anak Sasuke dan Sakura serius memperhatikan penjelasan guru mereka. Di tempat duduk lain juga tampak generasi penerus Ino-Shika-Cho, Inojin, Chocho, dan Shikadai.
Aburame Shino. Jabatan: Instruktur di Akademi Ninja.
"Aku yakin kalian semua tahu ini apa."
tanya Shino pada murid-muridnya yang sedang memperhatikan, ia memperlihatkan
sebuah ikat kepala berlambangkan desa mereka, Konoha.
"Benar... ada alasan mengapa aku menunjukkan
ini ke kalian sekarang."
"Dan itu karena... ujian kelulusan kalian
minggu depan!" lanjut Shino
Mendengar pengumuman itu, para murid bereaksi.
"Astaga, sepertinya menyusahkan, tapi.."
ucap Shikadai, sambil bersandar di meja dengan posisi malasnya.
"Aku pikir aku akan mengambil ujian sialan itu
jika bisa membantuku menurunkan berat badan ini." ucap Chocho.
"Bagaimana jika tidak, apa kalian tak
ikut?" ucap Inojin, mereka duduk sejajar bertiga.
Sementara di sisi tempat duduk Boruto.
"Akhirnya Boruto..." ucap seorang murid di
samping Boruto.
"Yeah, inilah yang kutunggu!" respon
Boruto, sepertinya ia antusias dengan ujian ini.
"Pengarahan akan dilakukan pada hari itu
juga." tambah Shino memberi penjelasan tentang ujian minggu depan.
"Baiklah. aku pasti jadi seorang ninja!"
"Kita akhirnya menjadi ninja sebenarnya!"
Suara murid-murid yang sepertinya senang mengikuti
ujian tersebut.
Namun lain hal di tempat duduk Sarada, ia terlihat
termenung.
"Aku tak mengerti... setelah kau lulus ujian
itu lalu apa?"
"Sebenarnya mereka ingin mencoba jadi apa?
"Ninja..."
"Lalu apa jika sudah menjadi ninja?!"
"Apa artinya menjadi seorang ninja?!"
"Ninja ini.. Ninja itu... Payah...."
ucapnya dalam hati
Tak terasa kelas sudah selesai, semua murid pulang
ke rumah masing-masing. Sarada pulang bareng dengan Chocho, di tengah
perjalanan mereka sedikit berbincang-bincang.
"Astaga!!" ucap Chocho.
"!!"
"Ada apa Chocho?" tanya Sarada
disampingnya
"Menghadapi ayah dan ujian.. yang kulihat hanya
berlatih sepanjang hari. Di tambah... Kau tahu, aku tak peduli dengan latihan
itu, seperti.. terserah kan? Ayo cari Anmitsu." ucap Chocho, perasaannya
tentang ujian yang akan datang.
"Mungkin sebaiknya kau pergi berlatih..."
jawab dingin Sarada.
Melihat jawaban dan penolakan atas ajakannya, Chocho
kaget dan sepertinya tidak senang.
"Apa kau meremehkanku! Astaga, aku sangat
sebal!! Tentu, kau Sarada dari Uchiha.. Itulah kenapa ini jadi lelucon buatmu
tapi...!!"
"Semua orang bilang begitu, tapi sejujurnya aku
tak tahu... Dan itu bukan masalahnya." jawab Sarada.
"Lalu apa?"
"Kau punya waktu dengan ayahmu...." ucap
Sarada.
Tiba-tiba dari kejauhan ada seseorang yang
memanggil.
"Hey Chocho!"
"Disini!"
Itu adalah ayah Chocho, pemimpin generasi ke-16 klan
Akimichi, Choji Akimichi.
"Uhh.. memalukan!" ucap Chocho yang
melihat ayahnya dengan keras memanggilnya di tengah jalan, suara ayahnya yang
keras membuat orang-orang di sekitar jalan itu memperhatikan mereka.
"Hey, apa itu tak apa bagi orang dewasa
keliling kota dengan membawa sekantong cemilan di tangannya.." ucap Sarada
yang melihat ayah Chocho.
"Tentu saja tidak! Kenapa dia melakukan itu,
kurasa karena bumbunya!!" jawab Chocho agak kesal.
"Sial... aku tidak akan pernah mengerti!!"
"Huh.. itu.."
"Hey, ada Sarada-chan!!" Choji mendekat.
"Halo.. kalau begitu aku pulang, sampai
jumpa!" ucap Sarada, meninggalkan mereka berdua.
Di tempat lain, tampak patung ukiran wajah Hokage
Ketujuh Konohagakure, masih belum dibersihkan dari coretannya, ulah Boruto
masih melekat di patung ayahnya itu.
Disana, di atap rumah-rumah ada dua orang sepertinya
sedang berlatih bertarung satu sama lain. Ya, itu adalah Naruto dengan anaknya
yang baru pulang dari kelas akademi.
Tendangan dilakukan Boruto namun dapat dengan mudah
ditangkis oleh Naruto. Naruto membalas, namun.. "Bofft" yang
ditinjunya hanyalah sebuah bayangan. Lalu suara Boruto terdengar dari kejauhan.
"Aku disini!!!"
"Beraninya mempermainkan ayahnya
sendiri..." ucap Naruto.
Naruto merapal sebuah segel, melepaskan satu jutsu
andalannya. "Tajuu Kagebunshin no Jutsu!"
Disebelah Naruto dan Boruto yang sedang berlatih,
Sai dan anaknya, Inojin melihat mereka berdua. "Hokage... itu seperti
dirimu." ucap Sai sambil membawa gulungan, Sai dan anaknya tampaknya
sedang berlatih juga.
"Ninpo: Choju Giga" Inojin melakukan
jutsu.
Namun hasil yang dikeluarkan tidak seperti jutsu
yang dilakukan Sai biasanya, yang keluar dari jutsu Inojin adalah Singa Tinta
yang berbeda, imut dan lucu, melihat itu Inojin tersenyum.
"Yeah tentu, kalian tak apa hanya latihan
tapi..." ucap Naruto yang masih ada disana.
Sai yang melihat jutsu anaknya berkata.
"Mungkin aku, huh?"
"Mencoba jadi keren yah?" ucap Inojin.
"Lukisanmu kuno" tambahnya dalam hati.
Naruto yang menengok sebentar melihat Sai berlatih
dengan anaknya tak sadar ketika ia kembali pandangannya ke arah Boruto, anaknya
itu telah menghilang.
Sarada yang masih dalam perjalanan pulang melihat
Naruto yang sedang mencari sesuatu dari kejauhan, ternyata Boruto ada
didepannya sedang bersembunyi, ia lalu sadar yang dicari Naruto adalah anak
ini.
"Masih sama saja, bodoh!" ucap Sarada yang
ada di belakang Boruto.
"Shhhh" respon Boruto menyuruhnya untuk
diam, lalu ia bersembunyi dengan masuk ke kolong sebuah papan yang ada di sana.
"...." Sarada hanya diam melihat kelakuan
teman satu kelasnya itu.
"Sarada!" Tiba-tiba Naruto datang,
sementara Boruto telah sukses bersembunyi.
"Hokage!!" sapa Sarada dengan agak sedikit
kaget.
"Kau melihat Boruto? tanya Naruto.
Sarada diam sejenak, ia berpikir harus menjawab
sebenarnya atau harus berbohong. Lalu ia memutuskan menjawab.
"Disana.." Ia menunjukkan arah yang
berlawanan pada Naruto dari tempat Boruto bersembunyi.
"Makasih ya!" Naruto pun langsung pergi
sesuai arahan Sarada.
"Aku satu-satunya orang yang harus berterima
kasih pada Sarada, sudah lama semenjak kami terakhir bermain petak umpet aku
tak pernah ditemukan dengan mudah!!" ucap Boruto.
"Tahu tidak, aku berhasil memecahkan rekor
sebelumnya!"
"Boruto.. kenapa kau ini" ucap Sarada.
Di belakang mereka tiba-tiba muncul Shikamaru dengan
anaknya yang sedang berjalan-jalan.
"Kalau saja Hokage Ketujuh menggunakan Mode
Sennin kau pasti ketahuan!" ujar Shikamaru.
"Iya benar! Kalau ayah serius, maka kita tidak
akan pernah dapat rekor terbaik!" jawab Boruto.
"Aku tak tahu kenapa, tapi Hokage ada disini
berlatih denganmu padahal dia sedang sibuk." tanya Shikadai.
"Itu hanya bunshinnya, yang asli ada di
kantornya..." Boruto menanggapi.
"Oke, saatnya membuat rekor baru!"
Tiba-tiba, Boruto merasakan sesuatu di dirinya. Ia
dan Sarada yang masih ada disana kaget. Ternyata Shikamaru mengikat Boruto
dengan jutsu bayangannya.
"Ahh, paman Shikamaru!!!" ucap heran
Boruto.
"Yeah.. Jutsu bayangan..." ucap Shikadai.
"Aku tak bisa bergerak!"
"Jangan buat masalah lagi Boruto, Hokage itu
orang yang super sibuk, jadi aku yang menjadi perantaranya."
"Sial!!" ujar Boruto kesal.
"Meskipun semua bilang begitu, kau mirip sekali
dengan Naruto sewaktu kecil." ucap Shikamaru memperhatikan Boruto.
"Hahahaha.." Shikadai pun tertawa.
"Shikadai.. pergilah temui klon Hokage!"
perintah Shikamaru.
"Eh kenapa harus aku?! Menyebalkan
sekali.." jawab malas Shikadai atas perintah ayahnya.
"Huh... Kurasa keluargaku sama saja..."
gerutu Shikamaru.
Melihat interaksi Shikamaru dan Shikadai, sebelumnya
juga Naruto dan Boruto. Sarada termenung sambil menundukkan wajahnya. Ia berpikir
sesuatu.
"Ayah dan aku..."
"Aku tak pernah bertemu dengannya
sekalipun..."
"Dia pergi saat aku masih bayi..."
Tak terasa Sarada kini telah sampai di kediaman
keluarganya, ia langsung memperhatikan foto ayahnya, foto keluarganya.
"Ayah..."
"Apa dia juga memakai kacamata?"
Di luar rumah, Sakura Haruno, ibu Sarada sedang
menjemur pakaian. Sarada menemui ibunya itu.
"Hmm.. apa?" tanya Sakura.
"Apa ayah memakai kacamata.." tanya Sarada
pada ibunya.
"...."
"Kurasa.. dia tidak pakai... kukira..."
jawab Sakura agak ragu.
"Kukira...?! Kau menikahinya dan kau
mengiranya..." Sarada menanggapi jawaban ibunya.
Sakura termenung. "Yah, ayahmu jarang berada di
desa waktu kecil dulu.. sekarang juga sih, tapi..." ucap Sakura.
"Hey bu, Ibu benar istrinya kan?!"
"Sekarang, apa sih maumu!!! Tingkahmu aneh
sekali hari ini!!!" jawab Sakura sedikit kesal atas sikap Sarada.
"Yang aneh itu hubungan ibu dengan ayah, dan
aneh itu adalah fakta, jujur saja."
"Sarada!!!!!" Buaghhh... Sakura yang kesal
kemudian meluapkan emosinya dengan memukul tanah, kekuatannya yang dahsyat
membuat tanah itu hancur.
Lalu ia menatap kesal kearah Sarada, namun yang ia
dapatkan ke wajah anaknya itu sepertinya kesedihan, Sakura pun berubah sedikit
tenang.
"Maaf sudah membentakmu, ayahmu pergi karena
ada beberapa pekerjaan penting, dia pasti akan kembali secepatnya.."
Jatuh air mata dari wajah Sarada, ia benar-benar
sedih.
"Perasaan kita telah menyatu, jadi aku yakin
dia pasti baik-baik saja.." ucap Sakura menenangkan.
"Bagaimana ibu bisa seyakin itu?"
Namun tiba-tiba, tanah yang tadi dipukul Sakura
retakannya menjalar kerumah mereka, rumah mereka pun runtuh karena tanahnya
amblas akibat pukulan Sakura sebelumnya.
"Ti..Tidak.. Rumah kita..." Sakura pun pingsan
melihat rumah kesayangannya itu runtuh.
Menjelang malam hari..
"Syukurlah, dia sering pingsan akhir-akhir
ini.." Sakura sudah berada di rumah sakit, Shizune merawatnya.
"Tolong jaga ibuku.." ucap Sarada.
"Yah, apa yang kamu lakukan? Aku bisa panggilkan
orang-orang untuk membantu memperbaki rumahmu, tapi..." ucap Shizune pada
Sarada.
"Jangan khawatir, ada beberapa hal penting yang
ada disana dan berarti bagi kita."
Sarada mencari sesuatu diantara puing-puing
reruntuhan rumahnya yang hancur. Ia mencari foto keluarganya. Ketemu, namun ia
melihat sedikit keanehan.
"Ini dia.."
Ia melihat sebuah foto lain dibelakang foto ibunya
yang ada di samping ayahnya.
"Siapa orang disamping ayah? Wanita memakai
kacamata..?!"
Tenyata itu foto Karin, ada juga Suigetsu di sebelah
Sasuke.
Sarada pun begitu heran dengan apa yang dilihatnya.
Di tempat lain yang jauh, sosok Sasuke terlihat.
0 Response to "NARUTO GAIDEN CHAPTER 1 - SARADA UCHIHA"
Posting Komentar